Di sebuah pinggir hutan, hiduplah seorang janda bersama seorang anak perempuan yang beranjak remaja. Mereka tak pernah hidup damai, sepeninggal ayah si perempuan kecil malang itu. Mau tak mau perempuan kecil malang itu hidup bersama ibu tiri yang sering menyakitinya. Sejak ayahnya hidup sudah memperlakukannya kejam. Ibu tirinya tak pernah menyayanginya. Dia hanya pura- pura perhatian ketika ayah si anak itu berada di rumah tua, peninggalan almarhum simbahnya.
Si anak perempuan itu bernama Sekar. Dia tak pernah mengadukan perilaku ibu yang memperlakukannya seperti seorang pembantu. Dia pernah mengadu tetapi yang didapatkannya hanya rasa sedih karena ayahnya marah. Ya...ayahnya tak pernah melihatnya diperlakukan buruk oleh ibunya. Sang ayah selalu melihat ibu sangat perhatian, merapikan rambut, menyiapkan makanan ketika ayah berada di rumah. Jadi laporan jika diperlakukan buruk hanya dianggap sebagai kebohongan.Â
"Sejak kapan kamu belajar bohong, Sekar??!" tanya ayah dengan suara tinggi.
Sekar hanya tergugu sambil menundukkan kepalanya. Apalagi dia diancam akan diusir oleh ayahnya. Sejak saat itu, apa yang dialaminya selama ayahnya bekerja di kota tak diceritakannya lagi. Hanya senyuman kecut yang ditunjukkan Sekar ketika ayah pulang kerja dan menanyakan pengalamannya.
**
Suatu hari, Sekar ingin menghibur hatinya yang sedih. Dia keluar rumah setelah pekerjaan rumah selesai. Aturannya seperti itu jika dia ingin keluar rumah. Kalau belum selesai pekerjaannya lalu dia bermain maka dia akan dijewer dan diomeli ibunya. Tak jarang dia tidur dalam keadaan perut kosong.
Sekar menuju sungai jernih, tak jauh dari rumahnya. Dilihatnya ikan berenang di air sungai yang jernih. Sesekali angin berhembus. Sejuk. Beberapa daun kering jatuh ke air sungai. Membuat bayangan ayu wajah Sekar buyar karenanya.
"Ah...daun. Kamu sedikit mengganggu kacaku..." ucapnya lirih. Tak lama kemudian, air tenang kembali. Sekar tersenyum. Dia memang sangat senang mengaca pada air sungai itu sambil melihat ikan dan mendengar suara burung yang bertengger atau mulai meninggalkan sarangnya.
"Hai, gadis kecil. Apa yang kamu lakukan di situ?"
Sekar terkejut. Rasanya tadi tak ada siapapun di sekitar sungai. Tak ada suara langkah seseorang mendekat juga.Â
Dengan perasaan takut, dia memandang seorang perempuan tua yang wajahnya sedikit menyeramkan. Sekar ingin berlari namun diurungkannya.