Untuk menghibur hati dan mengusir rasa sepi, si Hitam bermain ke luar pekarangan rumah mereka. Dia menyapa siapa saja yang dijumpainya. Oleh karenanya dia sangat disukai oleh hampir seluruh binatang di hutan.Â
Si Hitam sangat bahagia. Ternyata banyak yang menyayanginya. Banyak yang menerimanya sebagai teman bermain. Hampir setiap hari mereka bermain dan bernyanyi bersama.
**
Suatu pagi yang cerah, tiba- tiba dari kamar saudara- saudaranya terdengar suara gaduh. Tampaknya ada sesuatu yang mengkhawatirkan. Si Hitam yang biasa tidur sendiri, segera masuk ke sana.
Dilihatnya seekor ular berada di sana. Sementara induk ayam melindungi saudara- saudara si Hitam. Saudara- saudara si Hitam tampak ketakutan dan menjerit.
"Jangan kau sakiti anak- anakku...!" kata induk ayam.
Ular itu tertawa terbahak- bahak.
"Anak-anakmu? Hahaha... anak- anak itu nakal, bu. Mereka harus diberi pelajaran..."
"Kumohon jangan ganggu kami. Biar nanti kunasehati..."
"Tidak, mereka dinasehati tak mungkin jadi baik. Mereka sering menyakiti saudara- saudaraku!" kata Ular penuh amarah.
"Tapi...jangan..."