Pagi ini perutku kencang- kencang. Kupikir waktu lahirnya buah hati kami segera tiba. Aku masih melakukan aktivitas memasak, mencuci dan menyapu di rumah ibu, di Jawa.
Sampai akhirnya aku tak kuat lagi karena kontraksi yang terus terjadi. Ibu dan kakakku segera membawaku ke bidan terdekat.
Aku berjuang untuk melahirkan buah hati kami. Suami belum tiba di Jawa. Dia dalam perjalanan.Â
**
Suara tangis bayi memecah heningnya malam. Alhamdulillah, bayi kami sehat. Perempuan.Â
Simbah kakunglah yang mengadzani bayiku. Setelah aku ditangani bidan dan sudah baikan, aku menelepon suamiku.
Hanya nada sambung yang kudengar. Berulang kali ku telepon. Suamiku tak juga mengangkat teleponku.
Sampai akhirnya telepon dari suamiku masuk. Buru- buru kuangkat telepon itu.
"Alhamdulillah, nak. Kamu sudah melahirkan. Ibu bahagia..."
Ibu mertua yang menghubungiku. Aku menceritakan bagaimana proses melahirkan. Pengalaman yang luar biasa. Di mana aku mempertaruhkan nyawa demi lahirnya buah hatiku. Aku bisa merasakan bagaimana ibu atau perempuan lain ketika melahirkan.
"Mas Aji ada, bu?"