Tiba- tiba mas Mumtaz menanyakan itu. Terus terang, aku rasanya sudah kehilangan harapan untuk bersama ayah Husna. Aku sudah lelah.Â
Restu dari orangtua mas Mumtaz tak ada. Hanya tatapan sinis ibu yang kuterima kalau aku ikut serta Husna ke rumah ayahnya.
Sungguh. Saat ini aku terlalu sayang dengan hatiku. Aku tak mau lagi hatiku sakit.
***
Tak ada keterangan apapun yang terucap dariku untuk ayah Husna. Ayah Husna menghela nafas panjang. Dia bangkit dari kursinya dan mendekatiku. Diraihnya tangan kananku.
"Setidaknya kamu masih mengenakan cincin dariku, Put. Aku sangat berterimakasih untuk itu..."
Ayah Husna segera berpamitan. Ada rasa kecewa tergambar di wajahnya.