Kulihat sekilas wajah Sherly tampak cemberut. Entah ada rahasia apa lagi yang belum diceritakannya padaku. Pertama tentang lamaran Andro dulu. Kedua tentang Yumna.
Biarlah. Masalah Andro juga tak terlalu penting saat ini. Dia sudah bahagia dengan Nita. Aku juga tak perlu mempermasalahkan lagi. Daripada Sherly kesal padaku.
"Mas, aku cerita sesuatu ya. Tapi mas janji nggak marah atau ngetawain aku..."
Kuberikan isyarat kalau aku siap mendengarkan ceritanya.Â
"Aku cerita ini biar nanti mas tak menganggapku tak terbuka..."
Sherly mulai membuka ceritanya. Ceritanya pas seperti yang diceritakan Nita padaku tempo hari. Tentang Andro dan perasaannya dulu. Juga tentang lamarannya setelah Andro mendudua. Ada cerita tentang aku yang malasnya hampir tak ketulungan.
Aku hanya diam. Menyimak cerita Sherly.Â
"Mas, kok diem. Mas marah ya...?"
Aku melirik ke arah Sherly. Sherly terlihat serba salah. Bingung. Mungkin dia menyesal karena menceritakan hal itu padaku.Â
"Tuh kan. Mas malah marah. Tahu gitu, aku mending simpan sendiri saja cerita itu..."
Aku masih menanggapi gerutuan Sherly. Aku masih ingin melihat bagaimana kalau aku "marah". Kalau dia bingung dengan aksi "marah"ku, artinya dia memang benar takut kehilangan aku.