Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sherly

27 Juli 2019   08:54 Diperbarui: 28 Juli 2019   09:41 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi-pagi gini hp sudah berbunyi. Mengganggu saja. Lagi enak-enak tidur kok malah ada yang telpon.

Dengan malas aku raih dan ku terima telepon itu.

"Ya, Hallo... Siapa ini?", Tanyaku.

Ku dengar perempuan menelponku.

"Aku di depan kost-mu. Aku mau bicara...", Jawabnya.

Aku masih malas keluar kamar. Rasanya ngantuk banget. Semalam keasyikan mancing. Jadi tidur sudah dini hari.

Tetapi baru saja aku mau memejamkan mata lagi, hp berbunyi lagi. Ku lihat masih nomor yang sama dengan tadi. Daripada rame dan bikin pusing aku bangun. Aku menuju kamar mandi dan membasuh mukaku biar bisa lebih fresh.

Ku temui perempuan yang menelponku tadi. Hmmmm... Teman kuliahku. Ya... Nita namanya.

"Baru bangun tidur, Sang?", Tanyanya.

Aku tak menjawab. Aku duduk di kursi tamu. Di depan Nita.

"Hmmmm...ada apa ke sini pagi-pagi gini...?"

"Apa? Pagi? Ini sudah jam 10, Sang..."

Aku baru tersadar kalau matahari memang sudah tinggi.

"Ada perlu apa kamu ke sini?"

"Kamu g kuliah?"

"Capek aku, Nit..."

"Capek ngapain sih? Sampai males-males kuliah gitu. Kayak sudah jadi orang sukses dan kaya aja kamu..."

Ahhhh...berisik banget sih ini cewek. Dia nggak tahu kalau orangtuaku itu orang kaya. Jadi aku termasuk mewarisi kekayaan orangtuaku. Apalagi aku anak tunggal. Aku tertawa.

"Ngapain tertawa? Nggak ada yang lucu, tahu?"

"Aku tuh ngantuk, Nit. Semalem begadang, mancing..."

"Hah, mancing? Apa nggak salah tu, Sang?"

Aku tertawa. Dia tampaknya kesal sekali.

"Sang, andai kamu tahu kondisi Sherly...apa kamu nggak kasihan sama dia?"

Aku mengernyitkan dahiku.

"Sherly? Siapa...? Yang mana orangnya? Kok aku harus merasa kasihan..."

Dia menjelaskan ciri-ciri orang yang dimaksud.

"Ohhh... Si lesung pipi. Kenapa dia?"

Sebenarnya aku tak begitu tertarik dengan pembicaraan itu. 

"Dia tuh baik sama siapa saja, Sang. Semua teman dibantu, tak peduli cowok apa cewek. Tapi begitu dia mau bantu kamu, dia malah dibilang kegatelan sama Andro..."

Dia menunjukkan WA curhatan si lesung pipi. 

"Aku sampai harus menemani kuliahnya yang diulang semester ini, saking sakit hatinya sama Andro..."

"Trus maksudmu aku harus gimana...? Aku nggak ada hubungan apa-apa dengan dia..."

"Ya kamu kalau sudah dimotivasi ya yang semangat. Biar dia nggak merasa bersalah terus karena nggak bisa bantu kamu. Juga biar sakit hati sama Andro bisa terobati dikit..."

Akhirnya aku diajak ke kampus, melihat dari jauh kondisi si lesung pipi. Ya...memang ku lihat tak ada senyum di wajahnya. Di sampingnya ada Andro yang entah bicara apa.

***

Malam ini aku kembali ke hobiku. Mancing, biar nggak stress. Tapi di mataku terbayang wajah si lesung pipi tanpa senyumnya, membuat aku merasa kasihan juga. Aku merasa tak bersyukur mempunyai mereka yang perhatian dan mendukungku.

Ku putuskan, tak melanjutkan mancing malam ini. Aku ingin melihat senyum manis si lesung pipi itu kembali. Apalagi aku pernah naksir dia. Mana mungkin aku tega lihat dia tertekan karena berkomunikasi dengan Andro.

***

Pagi harinya, aku lawan rasa malasku. Aku bertekad untuk membuktikan pada semua teman bahwa aku bisa mengejar ketertinggalanku.

Banyak yang merasa heran padaku. Aku tak peduli. Andro pun menyapa sinis.

"Angin apa yang membawamu ke kampus ini, Sang...? Rapi dan wangi amat...hahaha... Mau ketemu si gatel itu?"

Ya Allah... Katanya dia sudah minta maaf. Masih saja ngomong jelek kaya gitu. Kalau dia ngomong kayak gitu di luar kampus pasti sudah kena tinjuku.

"Omonganmu negatif terus sih, Dro. Hatimu busuk..", Timpalku.

Mendengar ucapanku merah padam mukanya. Aku sih dilawan. Dia ngomong kayak preman, aku ladeni. Hahaaa... 

***

Setelah jam kuliah selesai, aku ke perpustakaan kampus. Aku mau mencari buku-buku buat tugas kuliahku. Aku memilih judul-judul buku yang pas. Ku bawa ke ruang baca. Tak sengaja ku lihat si lesung pipi di sana. Agak grogi juga sih. Hahaha... Nggak tahu kenapa jadi gitu.

Aku menyapanya, tapi sial aku tak ingat namanya. Dia tertawa ketika mengetahui itu. Dia menyebutkan namanya, Sherly. Ahhhh... mulai hari ini aku harus mengingat namanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun