Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Haru Biru Cintaku

12 Juli 2019   05:49 Diperbarui: 12 Juli 2019   06:01 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah Husna mengirimkan pesan itu malam ini. Bukannya bahagia namun malah membuatku semakin tak menentu. Husna ke rumah neneknya tiap Sabtu, itu sudah biasa. Namun aku, jadi apa aku di sana?

Orangtua mas Mumtaz akan menatapku sinis seperti dulu. Intan pasti juga takkan menyukaiku. Kalau sudah begitu, bukankah hanya membuat aku dan Husna tak nyaman?

"Helloooo....Put! Kok nggak bales?"

Aku masih ragu untuk membalas pesan ayah Husna itu. Tapi ayah Husna sudah mempertanyakan jawabanku. 

Kusorot chat pertama ayah Husna. Kuketikkan pelan jawabanku.

"Husna saja yang mas jemput ya..."

Kukirimkan balasan pesan itu. Lalu buru- buru HP aku non-aktifkan. Ayah Husna pasti akan bertanya atas jawabanku tadi. Aku tak mau berdebat dengannya karena aku tak siap dan tak ingin merusak suasana malam minggu Husna dan keluarga neneknya.

*

Seperti yang kuduga, kalau aku tak membalas pesannya ---pesan semalam kusebut undangan malam Minggu--- pasti ayah Husna menemuiku pagi harinya. Dia berangkat ke kantor lebih awal dan menungguku di sekolah.

Kecuali pagi ini. Ayah Husna tak menungguku di sekolah. Dia ke rumah, ketika aku dan Husna tengah bersiap sarapan. Suara bel rumah mengejutkan kami. Tak seperti biasa pagi- pagi sudah ada yang bertamu.

Karena aku baru menyiapkan sarapan, Husna-lah yang membukakan pintu. Dari ruang makan kudengar lirih suara Husna menyebut- nyebut "ayah". Untuk memastikan, aku bertanya ke Husna dari ruang makan. Kiranya Husna mendengar pertanyaanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun