Aku menyambut putriku penuh bahagia dan haru.Â
"Kamu ke mana saja, Husna. Ibu dan ayah bingung mencarimu..."
*
Di ruang tamu.Â
Akhirnya rekanku menceritakan semua yang terjadi dengan Husna. Putri cantikku itu dalam perjalanan pulang, membantu seorang nenek yang tersesat. Namun karena Husna tak begitu hafal jalan, ketika dalam perjalanan pulang ke rumah, dia tersesat.Â
Untunglah waktu itu rekanku melihat Husna kebingungan. Diajaknya makan dulu. Barulah dia diantar ke rumah.Â
Rekanku meneleponku dan mengirimkan pesan berulang kali tak kuhiraukan. Padahal waktu itu dia mengabarkan kalau Husna bersamanya. Begitu juga ketika tiba di rumah, rekanku kembali menghubungiku.Â
Aku merasa bodoh dengan diriku sendiri. Begitu paniknya aku sampai tak memedulikan pesan atau telepon yang sangat penting.Â
"Maaf, mas Irawan. Njenengan jadi menunggu terlalu lama... "
Irawan, rekanku menikmati kopi yang kuhidangkan. Terlupa dengan ayah Husna yang tengah bercanda dengan putriku di teras.Â
*