Ah... ternyata temen-temen cowok sudah sampai sekretariat. Kecuali Tio. Entah mengapa Tio tak ada. Mungkin kecelakaan itu membuat dia harus dirawat di Rumah Sakit.Â
"Gimana kondisi Tio?", tanya Hida.Â
Mereka ngasih keterangan hampir berbarengan. Aku sampai tak mendengar dengan jelas kata- kata mereka.Â
Aku menuju dapur untuk mengambil segelas air putih hangat. Kumeminumnya beberapa teguk. Tiba-tiba tangan seseorang merebut gelasku.Â
Aku kaget bukan main. Aku jadi merasa dikerjai. Kulihat Tio berada di sampingku. Aku menjadi keki sendiri. Kepalang basah mengirim pesan pribadi ke dia. Kupukul lengan Tio sekuat tenaga.Â
"Aduh... sakit tahu?!"
"Kamu itu ngerjai aku. Kamu sehat gitu kok dibilang kecelakaan. Nggak lucu!! ", sungutku.
Tio tertawa lebar.Â
"Ya memang aku kecelakaan, non. Kepleset di jalan. Nih lecet-lecet. Eh.. Malah kamu pukul.."
Aku tengsin sendiri. Kulihat lengannya memang lecet-lecet. Jalannya juga agak sulit. Mungkin terkilir. Aku yang gegabah mengartikan kecelakaan. Aku jadi gregetan dan merebut gelasku. Tio malah langsung menghabiskan air putihku.Â
Akhirnya aku ancang-ancang mengambil langkah seribu. Tapi tangan kokoh Tio menahanku.Â