Tak kusangka dan tak kuduga ternyata di antara tamu yang berdatangan itu ada laki-laki berbatik biru, Pak Hendra. Dia tampak sedikit terkejut melihatku. Mungkin dia juga tak mengira akan bertemu pegawainya di walimahan Mbak Intan. Apalagi aku berdandan agak menor, jadi kukira dia pangling dengan penampilanku.Â
"Lho... kamu juga di sini, mbak?", sapanya. Â
Aku mengangguk dan menjelaskan kalau aku adalah saudara si manten perempuan. Pak Hendra mengangguk-angguk mendengarnya. Dia lalu bercerita kalau dia bersahabat dekat dengan mas Tio, si manten laki-laki.Â
"Nggak ngira juga kalau Pak Hendra ke walimahan mbak Intan..."
"Kok manggil pak sih? Aku kelihatan tua banget ya? Panggil aja mas...", katanya setengah berbisik.Â
"Njenengan itu Bos saya, ya saya panggil pak aja ya..."
Dia tertawa mendengar ucapanku tadi.Â
"Bos?", tanyanya untuk meyakinkan ucapanku. Aku hanya mengangguk.Â
"Aku pinginnya kamu aja yang jadi bosku, mbak..."
Aku kaget sendiri mendengarnya.Â
"Wah, pak... Â itu namanya ngeledek. Saya nggak suka ah..."