Mohon tunggu...
Jonny Ricardo Kocu
Jonny Ricardo Kocu Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Suka Menulis dan Tertarik Pada Literasi, Politik dan Pemerintahan, Sosial Budaya, Lingkungan dan Literasi

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Demokrasi Mati: Gejalanya dan Bagaimana Menjaga Demokrasi?

11 Juni 2024   08:28 Diperbarui: 16 Juni 2024   09:06 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi demokrasi. (Sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com)

Secara ringkas, maksud kedua penulis bahwa; Pertama,  pemimpin yang membuat demokrasi mati, hadir atau muncul ketiak kekuasaan mengizinkan, dalam artinya kekuasaan merekrut, mengkaderkan dan membuka jalan dan panggung bagi seseorang yang akan menjadi otoriter. 

Kedua, dalam konteks Indonesia, ketika parpol salah merekrut atau mencalonkan seseorang menjadi pemimpin politik. Sehingga peran parpol sangat penting dalam menyaring pemimpin " sebagai pintu penjaga demokrasi" . 

Ketiga, kita -- pemilih, juga ikut berkontribusi di TPS dengan memilih orang yang salah, yang akan menjadi pemimpin autokrat yang otoriter, dan akan melemahkan bahkan membunuh demokrasi.

Lantas bagaimana agar kita mengetahui seseorang pemimpin otoriter, atau berpotensi menjadi pemimpin Otoriter ?  kedua penulis menyajikan 4 indikator kunci (hal.11) yaitu: 

1)Penolakan terhadap aturan main demokrasi.
2). Menyangkal legitimasi lawan politik.
3). Toleransi atau anjuran kekerasan.
4). Membatasi kebebasan sipil, lawan politik dan media. Keempat pertanyaan ini, sebenarnya dipecah kedalam varian pertanyaan spesifik terkait gejala otoritarianisme.

Pertanyaan tak kalah penting adalah bagaimana para autokrat yang otoriter menumbangkan demokrasi? 

Para autokrat yang otoriter menumbangkan demokrasi melalui cara: Memperlemah Lembaga yang seharusnya menjadi control, memperlemah oposisi, media, pebisnis, tokoh public lainnya. Dan kondisi krisis cenderung melahirkan toleransi atas otoritarianisme.

Menjaga Demokrasi dan Mencegah Pemimpin Otoriter 

Lantar, bagaimana kita menjaga demokrasi ? bagi kedua penulis, perlu adanya pagar untuk menjaga demokrasi yaitu mengikuti konstitusi, dan yang tak kalah penting adalah norma tak tertulis (toleransi dan sikap menahan diri secara kelembagaan).

Bagi kedua penulis yang menopang demokrasi Amerika bukan konstitusi tertulis saja, melainkan norma tak tertulis. Sehingga, praktek-praktek yang menjadi kebiasaan (tak tertulis) penting dalam menjaga demokrasi. 

Selain konstitusi dan norma, partai politik (parpol) sebenarnya memainkan peran penting, sebagai penjaga demokrasi, karena melalui parpol para autocrat, ekstrimis dan pemimpin otoriter lahir (dicalonkan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun