Mohon tunggu...
Jonny Ricardo Kocu
Jonny Ricardo Kocu Mohon Tunggu... Dosen - Seorang Pengajar dan Penulis Lepas

Suka Membaca dan Menulis. Tertarik pada Politik & Pemerintahan, Sosial Budaya, dan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Terasing di Tanah Sendiri : Karya Tulis, (de)Kolonialisasi, dan Resistensi

3 Maret 2024   14:39 Diperbarui: 13 Agustus 2024   03:43 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chinua Achebe, Photo by Angela Radulescu/Flickr - https://www.worldliteraturetoday.org

Kutipan di atas bisa mewakili isi buku ini, mewakili praktek kolonialisme di Afrika. Ketika orang Eropa memandang serta menempatkan (orang) masyarakat dan kebudayaan Afrika dalam posisi yang rendah-negatif. Walau buku ini tidak tebal, namun, menurut saya, isi buku ini cukup kuat dan dalam, merefleksikan kondisi orang-orang terjajah dan resistensi mereka terhadap para kolonialis Eropa. Secara khusus resistensi dalam dunia sastra. Dikarenakan penulis Eropa menulis cerita tentang Afrika dalam penekanan merendahkan (negatif). Kondisi inilah yang memunculkan resistensi, termasuk datang dari Chinua Achebe yang mengkritik karya tulis orang Eropa terhadap Afrika.

Buku ini diawali dengan cerita tentang masa kecil Achebe dan keluarganya di Ogidi Nigeria. Ayahnya seorang misionaris Kristen, mereka pulang ke kampung halaman mereka, Ogidi, ketika ayahnya pensiun. Bagian ini juga menceritakan Achebe saat masih sekolah dasar dan benturan kepercayaan ; agama Kristen dan sebagian keluarga ayahnya yang masih menganut agama lokal.

Baca juga : Cerita dari kampung di Papua - Kontestasi Politik dan keterpecahan Sosial

Pada bagian kedua, penulis (Achebe) lebih berfokus membicarakan novel Misteri Johnson karya Joyce Cary, bagaimana novel tersebut yang menghina masyarakat dan kebudayaan Afrika. Seperti Achebe menanyakan : "Adakah sebuah kemungkinan Joyce Cary Menulis sebuah novel tentang negeri kami, yang mahasiswa negeria terima sebagai cerita kita (cerita orang Afrika) ? jawaban saya, ketika melihat ke belakang, adalah : kemungkinan tidak. Dan alasan saya bukanlah karena fakta, bahwa Joyce Cary orang eropa, melainkan lebih karena ia adalah produk dari sebuah tradisi yang mempersembahkan Afrika dari yang ia pelajari di sekolah dan sekolah minggu, di majalah-majalah dan di masyarakat Britania secara umum, di akhir abad  sembilan belas. Secara teori penulis yang baik akan mengontrol hal ini, tetapi Cary tidak ( hal.37)

dok. jonny ricardo kocu
dok. jonny ricardo kocu
Achebe, sebenarnya tidak menyalahkan Joyce Cary secara pribadi, melainkan Achebe melihat bahwa produk dari sebuah tradisi ; Kolonialisme. Kolonialisme inilah yang memproduksi orang-orang, seperti Cary. Artinya pandangan dan tulisan Cary, dalam novel Mister Johnson adalah produk dari kolonialisme Britania di tanah Afrika, alih-alih Achebe mengkritik dan melawan kolonialisme. Sehingga, menurut Achebe : "Karya tulis akan selalu buruk, ketika wawasan artistik penulis menyediakan tempat untuk stereotip dan kebencian (Hal. 38). Hal ini tergambar dalam karya Joyce Cary.

Baca Juga : Bagian I - sistem Pertanian dan kedaulatan pangan Lokal papua

Selanjutnya, bagian ketiga, Achebe menunjukan bahwa karya Joyce Cary yang merendahkan dan menghina itu menyadarkan ia " bahwa kampung halamannya diserang" kesadaran seperti inilah, menjadi faktor penting dalam  perkembangan pemikiran dan karya Ahebe. Ia menyadari bahwa kolonialisasi didukung juga oleh penulis cerita, termasuk Joyce Cary. Sehingga, melahirkan apa yang Achebe sebut: " penjajahan cerita suatu masyarakat oleh masyarakat lainnya (hal.40)

Sedangkan, pada bab empat dan lima dalam buku tersebut, membahas seputar cerita para kolonialis yang menceritakan (menulis) kisah dan orang Afrika, bahkan mendukung praktek perbudakan pada masa itu. Bagian ini juga, Achebe membangkitkan kesadaran dan kebangkitan penulis Afrika untuk melawan "Budaya Bisu" dengan menulis kisah cerita tempat mereka, antara lain, seperti Amos Tutuola, salah satu  sastrawan besar Afrika. Sehingga dalam bahasa Achebe "Keseimbangan Cerita" . Buku ini diakhiri dengan Achebe menceritakan perjalan pertama ke London pada tahun 1957 : Itulah London, kota metropolis besar yang menguasai negeri saya nun jauh di sana tanpa membiarkan saya memasuki rahasia-rahasia ini, tanpa mengakui bahwa ia pun rapuh seperti saya (hal.85)

Relevansi "Terasing di Tahan Sendiri" bagi Orang Papua

Apa relevansi buku " Home and Exile'' karya Chinua Achebe bagi Papua ? seperti yang telah saya tulis sebelumnya. Kita gampang melihat relevansi pemikiran dan karya Achebe bagi orang Papua. Pertama, kolonialisasi melalui pengetahuan telah dijalankan jauh-jauh hari melalu pendidikan, kebijakan, penulisan, pemberitaan di media, termasuk percakapan di media sosial, dengan sterotip : Orang Papua primitif, malas, bodoh, kasar atau suka berkonflik atau perang antar suku, pemberontak, dan lainnya. 

Kedua, cerita, sejarah dan pengetahuan orang Papua dihilangkan dalam proses pendidikan formal dan ruang-ruang publik. Sehingga, orang Papua seperti bangsa yang tidak punya cerita, sejarah dan pengetahuan, dan akhirnya " dibuat " bergantung pada bangsa atau kebudayan lain. Bagi saya, dua poin inilah, mirip seperti yang digambarkan dalam karya Achebe di Afrika dan relevan dengan orang Papua saat ini  " Terasing di Tanah Sendiri ".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun