Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sebuah Refleksi dari "Cerita Guru di Atas Garis"

22 September 2020   17:28 Diperbarui: 23 September 2020   12:40 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan teori fisika pak, tapi nasehat agar kami murid-murid bapak "tidak pernah menyerah, terus berusaha, selalu berharap, dan lalu doakan". Di tangan guru sang inspirator, pelajaran fisika dapat menjadi inspirasi buat siswa untuk menjadi apapun yang mereka cita-citakan, guru sang inspirator.

Pak guru tangen-cotangen, sebuah julukan. Tetapi ketika mantan murid-murid Pak guru ini berbicara tentang Pak guru tangen-cotangen, yang mereka bicarakan bukanlah tentang tangen apalagi cotangen, tetapi tentang dedikasi, kedisiplinan, kejujuran, dan perhatian yang tulus dari sang guru, itulah yang selalu menginspirasi mantan-mantan murid ini bahkan hingga kini, puluhan tahun sesudahnya, guru sang inspirator.

Guru yang tegas, dan selalu mengawasi dengan wajah keras tak kenal ampun, tidak menyisakan sedikit ruang untuk berleha-leha, kita sebut guru "killer". 

Semakin lama kita berpisah dari sang guru killer, semakin kita berterima kasih terhadap ke-killer-annya, karena kita semakin sadar bahwa sang guru killer itu benar-benar telah membunuh ketidakdisplinan di dalam diri kita, telah membunuh rasa tidak percaya diri yang menyergap kita, telah membunuh rasa rendah diri kita, telah membunuh rasa tidak berdaya kita, dan telah membunuh ketidakpedulian kita akan masa depan.

Seperti itulah isi ringkas dari buku kecil ini, yang diberi judul "Cerita Guru di Atas Garis". Buku sederhana dan apa adanya, kesederhanaan yang diungkapkan secara jujur. 

Buku ini membangkitkan memori ke masa lampau, ke masa-masa sekolah yang penuh kenangan, tangis, tawa, canda, rasa takut, kini semua teraduk menjadi adonan "penghormatan kepada guru, sang inspirator".

Buku kecil ini sangat menarik, dan kita semua mantan-mantan murid perlu membacanya, sebab kita semua semestinya menjadi "guru" juga, apapun profesi kita saat ini, kita para mantan murid adalah "guru".

KITA SEMUA HARUS MENJADI GURU.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun