Katanya, sekali lagi katanya, agama itu rahmat bagi umat manusia, semua agama mengajarkan kasih, dan seterusnya dan seterusnya rangkaian kalimat yang indah dan memabukkan. Lebih mudah bagi saya untuk mempercayainya dari pada mencari alasan untuk membantahnya. Sepakat bahwa semua agama mengajarkan cinta kasih.
Tetapi pengakuan bahwa semua agama mengajarkan cinta kasih tidak lantas membuat kita mengingkari realitas bahwa manusia bisa salah memahami, ahli-ahli kitab suci yang juga manusia itu bisa salah menafsirkan, pemimpin umat yang manusia itu bisa salah mengkhotbahkan, umat yang manusia itu bisa salah mendengar dan memahami khotbah, kesalahan yang tidak disengaja, atau kesalahan terencana untuk maksud atau tujuan tertentu.
Mari asah keberanian, berani mengajukan pertanyaan “mengapa agamaku sering disalah gunakan, mengapa begitu sering terror mengatasnamakan agamaku, apa yang salah dengan khotbah-khotbahku”, dan dengan tulus dan berani menelusuri jawaban atas pertanyaan itu. Pengakuan adalah baik bagi jiwa, tanpa pengakuan tidak ada perubahan.
Sejuta kali berteriak “agamaku tidak mengajarkan terror seperti itu” untuk sejuta terror-teror di bumi yang mengatasnamakan agama, adalah teriakan yang tidak berguna dan tidak akan mengubah apapun, terror akan tetap berlanjut, makin sering dan makin ganas. Tanpa keberanian melakukan tindakan untuk merivew ke dalam diri, meninjau ke dalam hati, terror akan berlanjut, dan makin brutal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H