Mohon tunggu...
Jonminofri Nazir
Jonminofri Nazir Mohon Tunggu... Jurnalis - dosen, penulis, pemotret, dan pesepeda, juga penikmat Transjakrta dan MRT

Menulis saja. Juga berfikir, bersepeda, dan senyum. Serta memotret.

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Lukisan AI Denny JA Beraroma Puisi Esai

16 Juni 2024   01:35 Diperbarui: 25 Juni 2024   13:23 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lukisan Denny JA berjumlah 300 lebih. Rasanya hampir semuanya telah saya intip melalui media sosial, sejak Denny mulai melukis menggunakan tinta dan kuas Artificial intelligence (AI), hampir dua tahun lalu. 

Kamis 13 Juni 2024 saya melihat langsung lukisan itu di hotel Mahakam Residence 24, Jl. Mahakam, tidak jauh dari stasiun MRT Blok M Jakarta Selatan. Sebanyak 182 frame lukisan,  di dinding selasar hotel 7 lantai itu saya perhatikan. 

Ada kesan yang sangat berbeda menatap lukisan ini secara langsung, dibandingkan dengan mengintip lukisan di media sosial. Rupanya, layar HP saya tidak bisa memantulkan image atau gambar sebaik hasil cetakan yang besar di atas kanvas berkualitas baik. 

Hotel bertarif di bawah Rp500 ribu terasa mewah. Inilah satu-satunya hotel yang saya ketahui memiliki lukisan dalam jumlah besar. 

Ini kesan umum saya melihat rangkaian lukisan hasil kerja kolaborasi Denny JA dengan Artificial Intelligent. 

Sebagian besar lukisan  Denny JA itu menampilkan wajah, yang memenuhi mayoritas ruang kanvas. Wajah itu berasal dari foto asli atau image di internet, lalu dilukis ulang oleh Denny menggunakan AI.

Tentu saja semuanya berasal dari wajah orang terkenal, seperti Gandhi, John Lennon, Maria Teresa Bojaxhiu  dan sebagainya.

Pada lukisan bertema revisiting, Denny banyak menggambar ulang wajah para pelukis dunia, atau melukis ulang karya pelukis dunia itu. Semuanya pelukis top. Ada Van Gogh, Rembrandt, Fernando Botero dan lainnya. Ada Raden Saleh dan Affandi dari tanah air. 

Yang menarik, kualitas ketajaman wajah pada lukisan itu berbeda-beda. Ada yang detailnya muncul. Karakter wajah jadi tebal. Ada pula tidak banyak garis di muka. Wajah Ibu Teresa, di beberapa lukisan di sini, banyak ragamnya. 

Bahkan wajah pelukis Affandi, yang memiliki gaya aut-autannya, detailnya juga hilang. 

Tentu saja hal ini disengaja oleh Denny. Sebab aplikasi AI sebenarnya mampu mengeluarkan detail wajah seseorang. Tapi Denny tidak melakukannya, atau tidak memilih aplikasi berintelejen untuk mengeluarkan guratan wajah seseorang. 

Saya menduga, lukisan Denny JA di Mahakam 24 ini tidak ditekankan pada detail wajah atau obyek lain di lukisan itu. Denny lebih mengutamakan pada pesan yang ingin disampaikannya melalui rangkaian gambar yang dipilihnya.

Misalnya, Denny mengkontraskan wajah presiden Amerika Serikat pertama dengan presiden AS di masa depan, berupa wajah robot.

Titipan pesan yang dikatakan: seorang presiden di masa depan bisa jadi berupa unit robot pintar. Kepemimpinan di masa itu tidak perlu lagi melihat ideologi atau partai atau kepopuleran seorang tokoh. Yang penting adalah efektivitas pemimpin membuat kebijakan publik, yang bermanfaat untuk semua pihak di negara itu, dan negara menjadi makmur. .

Wajah John Lennon juga tidak terlalu detail ditampilkan Denny. Tapi pesannya sangat kuat: no war. Denny JA pada lukisan ini tampaknya sedang menampilkan substansi lagu Imagine karya Lennon ke atas kanvas. Kita tahu pria di kanvas itu adalah John Lennon kendati kerut dan garis kecil di wajahnya tidak muncul. Wajah John seperti dihasilkan oleh kamera jahat. 

Nah, wajah dalam lukisan karya Denny JA semakin kita pahami maknanya setelah kita mempelototi gambar lain di belakangnya: peristiwa atau hal lain yang terkait dengan wajah tersebut yang digambarkan secara samar, kadang-kadang sangat jelas. Gambar di belakang itu, yang mengaitkan  cerita dengan wajah tokoh di depannya. Tanpa wajah seseorang di depannya, cerita di belakang nya tidak berbunyi. 

Hal ini menunjukkan, bagi Denny, lukisannya berfungsi sebagai sebuah medium untuk menyampaikan pesan tertentu dan untuk mengekspresikan kegelisahannya. Kegelisahan utama yang tampak pada lukisan ini adalah ketidakadilan, kemanusiaan, dan antidiskriminasi. 

Nah, pesan pada lukisan Denny tidak selalu melalui wajah seorang yang terkenal. Beberapa lukisan, misalnya yang bertema Covid 19, tidak semua diimbuhi lukisan wajah seorang tokoh. Tetapi lukisan ini pesannya kuat. Betapa Covid 19 telah membunuh banyak sekali manusia. Kendati tanpa wajah orang terkenal, pesannya tetap melekat erat. 

Lukisan patung Pancoran dan Bus Morante No 30 di depan bundaran HI tanpa tokoh (dalam ukuran besar). Lukisan ini menggambarkan Jakarta masa lalu banget. Dua lukisan ini tampaknya dibikin di era awal Denny JA jadi pelukis AI. Pesan yang disampaikan, rasa sepi, tidak sekental  lukisan lain. 

Secara umum  pesan yang disematkan pada lukisan ini adalah tema khas Denny: kemanusian, antiperang, antidiskrimansi, toleransi, kesetaraan, serta perdamaian, dan cinta kasih. 

Saya menangkap kesan, kekuatan utama lukisan Denny JA yang dibantu AI ini adalah pada pesan di balik gambar yang diciptakan Denny. Pesan itu sejalan dengan pesan yang ditanamkan Denny pada puisi esai sejak 12 tahun lalu. 

Jadi, secara keseluruhan, lukisan Denny JA dengan asisten AI ini adalah (saripati) dari puisi esai. 

Seperti  puisi esai Denny JA, tema yang diangkat adalah tentang nestapa, penindasan, perjuangan melawan diskriminasi, penjajahan.

Pada lukisan AI Denny ini juga begitu. Seperti ada luka yang tidak pernah kering di hati Denny. Atau, Denny JA yang kaya raya ini hatinya cepat tersentuh melihat penderitaan manusia. Lalu, dia beraksi melalui puisi esai dan lukisan AI. 

Rangkaian lukisan di dinding  menunjukkan nuansa hati yang sensitif: terasa kelam, sedih, dan sunyi. Bahkan pada lukisan bertema imaginasi anak, warna sedih dan muram tetap terasa. Kesan ini muncul karena Denny menggunakan warna gelap. Tidak warna cerah dan terang sebagai cerminan kegembiraan pada anak. 

Nah, sebagai penutup saya ingin menyarankan  pada Denny untuk menyebut lukisan berbantuan AI ini sebagai lukisan esai atau lukisan puisi esai. 

Agar puisi esainya lebih tebal baiknya ada penambahan puisi pendek, kalimat 3-5 paragraf sangat ringkas, di dalam lukisan. Seperti narasi yang ditempelkan di samping lukisan pada pameran. Teks dan kalimat puisi itu menjadi siraman sensitivitas tambahan pada lukisan tersebut. 

Puisi mini ini bisa juga ditulis tangan oleh Denny JA, seperti text judul lukisan yang digoreskan di atas gambar. 

Teks ini saya kira juga berfungsi sebagai pembeda lukisan Denny dengan karya orang lain. Sekedar contoh, pelukis Hardi membuat gambar bulatan merah pada setiap karyanya agar karyanya mudah dikenali. Katanya, itu lambang semangat. 

Kalau ada teks agak panjang (apalagi ditulis seperti di atas kertas) akan menjadi indentitas sendiri bagi setiap karya lukis Denny JA. 

Jika saya ringkaskan kriteria lukisan puisi esai adalah:

  1. Yang bukan pelukis boleh ambil bagian

  2. Tema lukisan tentang ketidakadilan, antidiskrimansi, kemanusiaan, seperti tema pada puisi esai. 

  3. Boleh menggunakan AI sebagai pengganti cat minyak, akrilik, cat air, crayon, pensil, palet cat, pisau palet

  4. Puisi/Esai dalam bentuk tulisan dibikin dalam bingkai lukisan, cukup 3-5 paragraf. Jangan lupa cantumkan catatan kaki

  5. Dan, lukisan puisi esai tidak mesti pula harus di-print.. 

-000-

Hal yang patut disyukuri adalah lukisan ini memberikan value lebih kepada  Mahakam Residence 24. Para tamu hotel bisa menikmati pameran lukisan yang keren, hasil teknologi modern, di lantai mana pun mereka menginap. Juga menjadi pembeda yang kuat dengan hotel Mahakam yang berdiri lebih awal di depannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun