Peristiwa-peristiwa tersebut, walaupun penting, merupakan peristiwa yang kita tidak akan pernah atau akan lama dilupakan,
Peristiwa sejarah yang kita sering melupakan bukan peristiwa yang memiliki efek yang besar tapi peristiwa yang penting buat suatu budaya, grup atau bahkan penting buat seseorang maupun dia aku atau kamu.
Ada banyak cara peristiwa sejarah bisa dilupakan, dan semua cara tersebut kita dapat pisahkan menjadi dua kelompok utama yaitu:
Faktor internal: ini merupakan faktor yang melibatkan manusia sebagai alasan kenapa peristiwa sejarah tersebut bisa di lupakan.
Contohnya: penduduk suatu negara tidak menggunakan bahasa daerah, atau suatu suku tidak mempraktekkan tradisi-tradisi mereka.
Faktor eksternal: ini merupakan faktor yang melibatkan lingkungan sebagai alasan kenapa peristiwa sejarah tersebut bisa dilupakan.
Contohnya: bencana alam yang menghanguskan sebuah desa atau kota, bisa pembakaran teks atau buku penting maupun itu buku sejarah atau buku ilmu pengetahuan lain, dan lain sebagainnya.
Manusia secara naluriah akan selalu mencoba untuk lari dari hal-hal yang kita takutkan. Dan cara kita lari dari peristiwa sejarah itu dengan melupakan peristiwa tersebut. Dan ini merupakan alasan kenapa kita bisa melupakan sejarah. Alasan tersebut bisa dibagi menjadi 2, yaitu:
Peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang traumatis. Menurut dokter Katie Mclaughlin, jika otak mendeteksi adanya trauma yang luar biasa, maka otak akan coba untuk melindungi diri dengan memblokir atau melupakan memori tersebut. Peristiwa ini disebut dengan disosiasi atau represi, ini dimana otak kita mendeteksi dan memilih buat kita untuk melupakan peristiwa tersebut. Ini beda dengan supresi dimana kita memilih untuk melupakan peristiwa tersebut. Contoh dari peristiwa yang traumatis adalah genosida, rasisme, dan perang.
Peristiwa tersebut menantang dengan pola pikir kita, kita mempunyai persepsi bahwa orang yang mempunyai sifat yang berbeda atau sifat psikologi maupun fisik. Sebagai orang lain atau bahkan orang jahat, dan ini bisa membuat kita untuk mengabaikan peristiwa dimana “orang lain” tersebut mengalami diskriminasi.
Contohnya adalah membakar atau melarangkan buku dari penulis yang memiliki agama, warna kulit, atau sisi politik yang berbeda.