Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Penulis - Esais

Penulis buku dan penulis opini di lebih dari 150 media berkurasi. Penggagas Komunitas Seniman NU dan Komunitas Partai Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

NU untuk Semua Partai, Saya Setuju Sama Yai Yahya Kholil Staquf

28 Februari 2023   14:55 Diperbarui: 28 Februari 2023   15:07 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilihan Gus Yahya mungkin juga dipengaruhi kedekatan beliau dengan Gus Dur yang diucapkan dalam banyak diskusi. Ketika selama ini PKB banyak meraup suara dari nahdliyin, di bawah pimpinan Gus Yahya, PKB versi Muhaimin Iskandar tidak bisa semena-mena mengeruk suara nahdliyin. Apalagi mengingat beberapa bulan lalu Cak Imin sempat berselisih dengan putri Gus Dur (kader PKB versi Gus Dur), Yenny Wahid di Twitter.

Kebijakan tegas Gus Yahya melunturkan sentimen negatif NU yang dianggap eksklusif dalam pilihan politik. Sementara NU seharusnya bisa menjadi pengayom, bukan hanya untuk seluruh partai, namun seluruh ormas dan kelompok masyarakat lainnya.

NU harus punya independensi dalam berpolitik. Artinya harus kritis terhadap pemerintah dan punya tanggung jawab menjaga keutuhan NKRI. Dari sikap ketua umum yang tidak mengharamkan memilih PAN, NU punya citra mengedepankan persatuan dan inklusivitas politik.

Tidak gagap menghadapi persaingan dakwah dengan teknik membubarkan, tidak gentar dimusuhi pemerintah dalam membela keadilan, dan gagah berdikari menjadi benteng NKRI. Keresahan saya terhadap NU sedikit-banyak mulai terfasilitasi oleh gagasan progresif Gus Yahya. NU seharusnya berkontemplasi tentang tuduhan Islam yang eksklusif, sementara NU sendiri kerap mengeksklusifkan diri.

Ketika saya belajar banyak tentang kajian tasawuf, yang paling susah memang mengalahkan hawa nafsu (diri sendiri) daripada mengalahkan lawan ideologi beragama.

Gus, saya bahagia sampean menjadi penyambung jembatan NU dan Muhammadiyah yang sering dibenturkan seperti lato-lato. Sampean itu manusia bersumbu panjang yang tidak gegabah mengambil sikap politik. Besar harapan saya, sampean menjadi nahkoda brilian yang bakal membawa NU menegakan kembali prinsip-prinsip  tawasuth, tawazun, iktidal, dan tasamuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun