"Baiklah. Beri aku waktu dua bulan."
Sebelum ke Jakarta, aku mampir ke Jogja. Syukurlah semua yang kutinggalkan bisa diselesaikan dengan baik. Luar biasa memang dedikasi kawan-kawan yang tanpa pamrih menyingsing lengan.
Aku punya waktu cukup longgar. Utang maaf pada Anna rasanya wajib kutunaikan.
"Idih, lebay. Yang penting, mana kadonya?"
Uf, lega. Kuceritakan peta-peta kehidupan yang hendak kutempuh pada Anna.
"Kami sedang membangun rumah. Kalau suatu saat kamu pulang ke Jogja, datanglah," ujarnya datar. Hambar.
"Entahlah," jawabku.
Mata Anna membasah, tapi sejurus kemudian senyumnya rekah, "Ehm... Uncle, ada satu cara kamu bisa memenuhi janjimu. Sekarang, jangan nanti atau besok, bawa aku pergi," tatap matanya dipenuhi binar-binar harap.
"Ke mana?"
"Terserah kamu. Ke mana saja. Setelah itu silahkan kalau mau kembali ke Jakarta."
"Fi?" aku menoleh pada Arfi yang sejak tadi duduk diam menemani.