Mohon tunggu...
joko santoso hp
joko santoso hp Mohon Tunggu... Konsultan -

Pemerhati humaniora / Pernah di industri Advertising 18 tahun / Pernah "kesasar" di Senayan 5 tahun / Penggemar Sop Kaki Kambing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akan Datang Hari, Mulut Dikunci

2 Oktober 2015   16:38 Diperbarui: 2 Oktober 2015   16:43 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Gambar: http://a1hh.com/mack-lessons-radio-ep-399-8-tips-on-how-to-tighten-your-mouthpiece/locked-mouth)

Ingat lagu terakhirnya Chrisye? "Ketika Tangan dan Kaki Berkata"?

Akan datang hari / Mulut dikunci / Kata tak ada lagi / Akan tiba masa / Tak ada suara / Dari mulut kita...

Berkata tangan kita / Tentang apa yang dilakukannya / Berkata kaki kita / Kemana saja dia melangkahnya...

Saya tidak tahu persis. Apakah Sang Penulis lirik lagu yang hebat ini – Taufiq Ismail – juga membaca bukunya Les Giblin, “Skill with People” atau tidak.

Giblin meneliti, bahwa manusia itu punya 10.000 kali keberpihakan terhadap dirinya sendiri dibanding orang lain. Ia akan cenderung membela dirinya sendiri habis-habisan, bahkan untuk hal-hal yang jelas-jelas melanggar norma, etika bahkan menabrak hukum.

Kita jadi mengerti kemudian, mengapa di layar kaca acapkali disuguhi tontonan yang sangat tidak menarik. Para tersangka bahkan terdakwa korupsi dengan nyaman bisa tersenyum-senyum bahkan melambai-lambaikan tangannya ke kamera.

Lalu apa hubungannya dengan lagunya Chrisye?

Itu adalah lagu terakhir Chrisye sebelum wafat. Tak seperti biasanya, ketika rekaman di studio Chrisye nyaris tak sanggup menyanyikan lagu itu. Baru sebaris suaranya di take, ia menangis. Rekaman harus di break dulu untuk memberi kesempatan agar ia bisa menenangkan perasaannya. Baru setelah itu di take sebaris lagi, ia menangis lagi... begitu seterusnya.

Chrisye, menjelang hari kepulangannya menghadap Sang Hakim Yang Maha Adil, sangat menghayati kata demi kata dalam lagu itu. Dan itu… alangkah bedanya dibanding kita-kita yang masih sehat wal afiat. Lebih beda lagi dibanding para pelaku tindak kejahatan itu.

Jika kita mampu mengecilkan diri kita sehingga bisa masuk ke dalam relung-relung hati mereka, besar kemungkinan kita akan membaca tulisan besar yang tertera di sana, “ Aku bukan penjahat. Aku hanyalah korban dari mereka yang tidak suka terhadapku. Aku korban politicking. Aku bukan penjahat”

Penelitian empiris Giblin tentang 10.000 kali keberpihakan terhadap diri sendiri, ternyata pas dengan lagunya Chrisye. Karena mulut manusia pasti akan 10.000 kali bicara bahwa dirinya selalu benar. Maka kelak di Hari Pengadilan... mulut akan dikunci. Tuhan tak akan membiarkan mulut nyerocos, karena pasti tidak akan obyektif menilai dirinya sendiri. Pasti hanya akan membenar-benarkan diri sendiri. Manusia mengira bisa melakukan "ATS" (Asal Tuhan Senang) dengan bicara yang indah-indah… kalimat-kalimat yang penuh sesak dengan amal dan kebaikan. Pendek kata… mulut akan berdusta.

Sebagai gantinya, tanganlah yang akan diberi kesempatan untuk berbicara. Apa saja yang telah ia lakukan di dunia. Kaki akan melaporkan, ke mana saja ia melangkahnya. Mata akan bercerita apa adanya. Telinga akan melapor sejujurnya...

“Akan datang hari… mulut di kunci… kata, tak ada lagi…”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun