(Gambar: http://a1hh.com/mack-lessons-radio-ep-399-8-tips-on-how-to-tighten-your-mouthpiece/locked-mouth)
Ingat lagu terakhirnya Chrisye? "Ketika Tangan dan Kaki Berkata"?
Akan datang hari / Mulut dikunci / Kata tak ada lagi / Akan tiba masa / Tak ada suara / Dari mulut kita...
Berkata tangan kita / Tentang apa yang dilakukannya / Berkata kaki kita / Kemana saja dia melangkahnya...
Saya tidak tahu persis. Apakah Sang Penulis lirik lagu yang hebat ini – Taufiq Ismail – juga membaca bukunya Les Giblin, “Skill with People” atau tidak.
Giblin meneliti, bahwa manusia itu punya 10.000 kali keberpihakan terhadap dirinya sendiri dibanding orang lain. Ia akan cenderung membela dirinya sendiri habis-habisan, bahkan untuk hal-hal yang jelas-jelas melanggar norma, etika bahkan menabrak hukum.
Kita jadi mengerti kemudian, mengapa di layar kaca acapkali disuguhi tontonan yang sangat tidak menarik. Para tersangka bahkan terdakwa korupsi dengan nyaman bisa tersenyum-senyum bahkan melambai-lambaikan tangannya ke kamera.
Lalu apa hubungannya dengan lagunya Chrisye?
Itu adalah lagu terakhir Chrisye sebelum wafat. Tak seperti biasanya, ketika rekaman di studio Chrisye nyaris tak sanggup menyanyikan lagu itu. Baru sebaris suaranya di take, ia menangis. Rekaman harus di break dulu untuk memberi kesempatan agar ia bisa menenangkan perasaannya. Baru setelah itu di take sebaris lagi, ia menangis lagi... begitu seterusnya.
Chrisye, menjelang hari kepulangannya menghadap Sang Hakim Yang Maha Adil, sangat menghayati kata demi kata dalam lagu itu. Dan itu… alangkah bedanya dibanding kita-kita yang masih sehat wal afiat. Lebih beda lagi dibanding para pelaku tindak kejahatan itu.