Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cabai Cireng di Gigi Laura

14 November 2022   16:02 Diperbarui: 14 November 2022   20:13 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata Tomi masih kriyip-kriyip. Pikirannya selalu tertuju pada cewek cantik yang dia lihat di enggok-enggokan alias pengkolan gang kemarin. 

Parasnya yang ayu dan senyumnya yang sumringah mirip Enny Beatrice waktu masih muda, membuat hati Tomi gemludhuk.

"Gue harus dapetin wong wedok kui!" begitu tekadnya membulat.

Dengan segala cara Tomi mencari tahu siapa sesungguhnya cewek itu. 

Mengandalkan kenalannya yang banyaknya sak ndayak, diantaranya para youtubers, instragramers dan tiktokers, Tomi terus berusaha mencari info. 

Akhirnya dia tahu bahwa nama cewek itu Laura. Nama yang cantik, yang semoga saja bukan singkatan dari Lanang ora wedok ora, alias wadam atau kawe.

Kesempatan untuk bertemu kembali itu pun datang juga. Tanpa sengaja, di pengkolan gang yang bersejarah itu, mereka nyaris bertabrakan. Tas belanjaan Laura yang isinya sak waladenah, jatuh bececeran. 

Tomi kaget, terus berusaha membantu memungutinya. Persis plek kayak di reklame-reklame minyak wangi di TV jadul dan FTV. Wangi parfum semerbak, membuat hati Tomi kejet-kejet ra karuan. 

Tak menyianyiakan kesempatan, Tomi pun membuka obrolan.

"Ehm...maaf tadi gak sengaja, nama loe sopo Sist?" tangannya menjulur, ngarep disalami.

"Laura...... terima kasih ya tadi sudah dibantu"

"Santai wae Sist.... Kenalkan, nama gue Tomi, anak gang sini....rumahmu ndik ndi?"

"Oh, di Cawang, Jalan Kupang Gang 1 no 10 A, Tom."

Lalu mereka pun berpisah setelah sempat bertukaran nomor WA, akun Line, Michat, IG, Tiktok dan Mastodon.

Pertemuan demi pertemuan pun terulang. 

Laura tak pernah menampik ajakan Tomi untuk ngiras bakso kesukaannya. Membuat Tomi semakin jatuh cinta, makin tresno padanya. Hari-hari Tomi menjadi berwarna, secerah kembang mekrok ning taman apotek hidup belakang sekolahan.

Banyak yang bilang, Tomi anak alay. 

Kata-kata itu membuatnya kemrungsung. Ada alasan kenapa Tomi dibilang alay, tak lebih karena gaweane , pekerjaannya. Dari desa dia pingin mengadu nasib ke metropolitan. Apa daya, kerjaan tak semudah itu nekani dia. Dari tukang parkir, menjadi pak ogah di prapatan, mengamen, kabeh wis dilakoni. Sampai dia diajak seorang konco...

Ya, disinilah Tomi sekarang. Saat yang lain mandang gawe dan sekolah, dia dan teman-temannya yang lain berangkat menuju tempat konser musik yang diliput teve swasta. Dipandu oleh pengarah gaya, dia keplok-keplok setiap si artis selesai manggung. Berteriak "huuuuu" atau "eaaaaa" sesuai arahan ben ketok kompak dan seru saat pembawa acara membawakan hal-hal yang garing. Begitu terus sampai akhir acara dan dibagi duit nggoban-an.

Cuma itu yang diandalkannya sebagai penghasilan. Kadang rejeki datang sekonyong-konyong koder, sore dan malam ada lagi panggilan buat nonton acara seru-seruan. Hari sabtu dan minggu, bisa 3 - 4 kali datang untuk keplok-keplok dan teriak-teriak sampai gerok. 

Galau hati Tomi.

"Apakah kusanggup bersanding dengan Laura yang anak orang kaya dan sedang sekolah MBA?" Pertanyaan ini terus menghantui, memaklampiri, menggenderuwoi, dan membadarawuhi pikiran Tomi.

Tapi Tomi tidak ingin overthinking apalagi sampai pikirannya menjadi toxic alias semrawut.

Akhirnya tiba juga malam Minggu yang dinantikan Tomi. "Laura-ku, malam ini... kutembak kau..!", bathinnya.

Jam 7 malam. 

Bel rumah Laura pun dipencet Tomi. "Ting tong!"

Senyum sumringah Tomi langsung pudar saat yang keluar membuka pintu adalah wajah sangar kebapakan tapi ganteng berwibawa persis aktor pilem, almarhum Zainal Abidin.

"Ehem ! Cari siapa Masssss.... ?" tanyanya dengan suara yang nge-bass.

"Nganu Om... Laura ada? Saya Tomi, rekannya" jawab Tomi.

"Rekannya siapa?" tanya si 'Zainal Abidin'.

"Ya rekannya teman saya Om..." jawab Tomi sekenanya.

"Lho saya pikir rekannya Laura. Ayo sini masuk!" kata 'Zainal Abidin' mengakhiri dialog yang absurd...

"Woooh sangar-sangar koplak..." bathin Tomi.

"Saya papahnya Laura" kata 'Zainal Abidin' sambil membukakan pagar.

"Laura... here's someone for you!"teriaknya kemudian dalam bahasa Inggris.

"I'm coming Dad!..." seru suara merdu mendayu dari dalam rumah.

"Duduk Mas.. Om tinggal dulu yaa. Om masih ada zoom miting dengan rekanan bisnis di Melbourne eh Singapur eh di Bali" kata papahnya Laura nggak jelas.

Tomi pun duduk di ruang tamu yg sejuk ver-AC. Di antara guci-guci non kawe made in Shanghay dan foto-foto Laura sekeluarga di dinding.

Laura yang anak tunggal di setiap foto berbingkai emas selalu diapit oleh papah dan mamahnya yang mirip Rahayu Efendi yang jadi ibu kos di filem-filem Dono, Kasino, Indro Warkop.

Tomi mblongong memandangi foto-foto itu.

Ada foto di depan jembatan, ada foto yang di depan menara yang nggak lempeng, dan ada foto di depannya tanjakan bertuliskan"holywood..." sementara dari sound system terdengar sayup-sayup lagu yang nada dan bahasanya asing di kuping Tomi... "dona e mobilnyeeee"..

"Duh mak nyak... ini rumah apa emol???? Kok apik ee puool??" bathin Tomi.

Mak jegagig, Laura pun menungul. Sumringah, berbaju kuning gambar Twitty. 

Laura langsung duduk di sofa di samping Tomi. Wangi, seger rada semriwing...

"Tom...", kata Laura pendek sambil tersenyum manisss banget...

"Laura...ee nganu.. sebenarnya... aku... padamu!"

"ealaaahhh tobiiittt kok aku langsung nembakk" bathin Tomi penuh penyesalan...

"sssstttt!!!" seru Laura pelan sambil tersenyum manis penuh arti.

"Ke ruang makan yuk. Mama punya cireng..." ajak Laura.

" eh iya..." kata Tomi masih gelagepan sambil bingung... Wong sugih kok panganane cireng..? Orang kaya kok makanannya cireng?

Sampai di ruang makan. Mereka pun makan cireng bumbu rujak dan teh manis yang bagi Tomi kalah manis dibanding Laura.

"Laura... ngg...nganu" kata Tomi memecah keheningan.

"Ada apa Tom?" tanya Laura renyah.

"Ngg di gigi kamu ada cabenya"... kata Tomi.

"Hihihi... pedes-pedes manis kan?" kata Laura ngikik sambil me-nyutik'i cabe di giginya.

"eh iya iya..." kata Tomi dengan hati pathing gemuludugh...

Mak bedundug, dari arah kamar mandi terdengar suara bass papahnya Laura menyanyi..

"gede roso tresno iki tulus kanggo sliramu yo mung ono kowe ning atikuuuu..."

"hehehe... itu Papah." kata Laura.

"dia sama kok kayak kamu... biar ndesit, koplak, tapi Laura sayang" kata Laura tersipu manja.

"Mak nyaaaaaaaaaakkkk!! Tomi punya pacar maaaakkkk" teriak Tomi (dalam hati saja).

-The End-

Cerpen kuliner ini hasil kolaborasi Jepe-Jepe dengan Dina Sulistyaningtias

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun