Boleh dibilang bahwa kota Naypyidaw hanyalah sebuah ibu kota baru yang sedang berkembang dengan segala masalah pembangunan kota terutama ketidaktepatan perkiraan pasokan infrastruktur dan permintaan yang jauh dari seimbang.
Daya tarik Naypyidaw jelas masih kurang untuk menarik warga di luar para ASN untuk tinggal di sana maupun pengusaha atau investor untuk memulai bisnis di ibu kota yang baru berumur 15 tahun.
Jelas bahwa keseimbangan antara pasokan infrastruktur dan permintaan karena populasi dan kegiatan ekonomi, serta bagaimana mengundang investasi harus jadi salah satu fokus perancangan IKN di Kalimantan.
Kembali ke Naypyidaw, yang jelas dari sudut pandang yang obyektif seorang yang mengunjungi Naypyidaw yang jauh dari kesan ditinggalkan atau terbengkalai, tidak akan menyebut kota ini sebagai kota hantu.Â
Kecuali jika si pengunjung punya maksud tertentu untuk propaganda atau punya kebiasaan mengasosiasikan segala bentuk kesepian atau kesunyian dengan hal-hal yang wingit, supranatural, jin dan hantu.
Atau mungkin orang tersebut memang punya indera kesekian untuk melihat mahluk astral di foto-foto di tulisan ini.
Akhirnya ada satu kejutan bahwa penduduk Naypyidaw ternyata pengonsumsi jengkol.
Di satu warung saya menemukan menu jengkol yang dipotong tipis, digoreng garing lalu ditumis. Menurut seorang kawan, warga setempat, menu jengkol ini sering dikudap untuk menemani minum bir di udara malam Naypyidaw yang bisa bersuhu cukup dingin.
Apakah jengkol dan bir menu kudapan untuk hantu?