Panase geni ra koyo panase ati (panasnya api tak seperti panasnya hati)
Sak wise ngerti kowe neng aku ngapusi (setelah kutahu kau membohongiku)
Rasane ati iki koyo keno mowo (rasanya seperti hati ini terkena api)
Bareng wis ngerti, neng mburiku kowe ngliyo (setelah kutahu di belakangku kau punya orang lain)
Singkat kata,bagi Paklik Didi Kempot, kemarahan karena kecewa dikhianati adalah hati yang terbakar, bahkan panasnya melebihi panasnya api. Ninggal tatu sendiri berarti berarti meninggalkan dalam keadaan terluka. Konsekuensinya adalah bahwa luka hati adalah luka bakar yang mungkin hanya bisa diobati oleh air surgawi (banyu langit)... ealaaahhh
Dalan anyar
Kembang tebu sing neng sawah Grudo (bunga tebu di sawah di desa Grudo, Ngawi)
Ora garing senadyan mongso ketiga (tidak kering walau di musim kemarau)
Lagi-lagi sebagai manusia agraris, Paklik Didi Kempot mengangkat tanaman pertanian di Jawa Timur, tepatnya di desa Grudo, Ngawi. Ia mengharapkan cinta sang kekasih menjadi seperti bunga tebu di desa itu yang tak akan layu walau musim kemarau. Sayang kenyataannya sang kekasih memilih jalan baru (dalan anyar) bersama orang baru...
Mohon maaf bahwa belum semua tembang berperibahasa dari Paklik Didi Kempot bisa saya tuliskan di sini. Tidak hanya melempar peribahasa maupun ungkapan, tapi Paklik juga membuatnya begitu berima dan puitis tanpa menjadi cengeng.
Sambil menulis ini dada saya pun basah kuyup oleh air mata mengenang Pakde Didi Kempot yang tidak hanya seniman musik tapi juga pejuang bahasa dan kebudayaan Jawa.
Jakarta, 18 Juni 2021
Teles kebes netes eluh.... Cendhol dawet!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI