Paklik Didi Kempot menangkap proses kimiawi yang terjadi pada kalung emas dan mengibaratkannya pada rasa cinta yang memupus...
Banyu Langit
Banyu langit sing ono nduwur kayangan (air dari langit yang ada di atas surga)
Watu gede kalingan mendunge udan (batu besar terhalang hujan yang mendung)
Telesono atine wong sing kasmaran (basahilah hati orang yang sedang kasmaran)
Setio janji seprene tansah kelingan (sampai sekarang masih teringat)
Tembang ini adalah kisah penantian seseorang yang ditinggal pergi kekasihnya tanpa kejelasan. Sang kekasih hanya berjanji akan kembali. Paklik Didi Kempot berharap bahwa cinta di hati sang kekasih yang menanti di rumah akan disuburkan oleh kekuatan surgawi yang diibaratkan curahan hujan yang menyuburkan.Â
Ademe gunung Merapi purbo (dinginnya Gunung berapi purba)
Melu krungu suaramu ngomongke opo (ikut mendengar suaramu membicarakan apa)
Nampaknya Paklik Didi Kempot merujuk pada gunung berapi purba yang adalah  gunung berapi yang tidak lagi aktif yang ada di desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul yang berada pada deret penggunungan Baturagung. Di tembang ini, Paklik Didi membayangkan bahwa pegunungan atau perbukitan yang tampaknya sunyi dan tenang ini diam-diam bisa mendengar suara dan perkataan sang kekasih yang secara rahasia mengkhianati janjinya sendiri...
Jambu alas
Jambu alas kulite ijo (jambu liar kulitnya hijau)
Sing digagas wes duwe bojo (yang diimpikan sudah bersuami)
Ada gula ada semut (ada gula ada semut)
Durung rondho ojo direbut (belum janda jangan direbut)
Jambu liar yang kulitnya hijau tentu tidak mungkin atau berbahaya untuk dimakan karena minimum akan menyebabkan mencret. Seperti juga menggoda dan merebut istri orang tentu adalah tindakan berbahaya yang resikonya lebih besar dari sekedar mencret.
Kangen ning Nickerie