Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Meng-Indonesia-kan Ghosting & Sidebarring Lewat Pop Jawa

8 Maret 2021   09:10 Diperbarui: 8 Maret 2021   09:43 1765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Didi Kempot sumber: Tirto.id

Dua istilah asing  yaitu ghosting dan sidebarring begitu sering muncul akhir-akhir ini di berbagai media. Kompasiana bahkan sempat menjadi salah satu atau salah dua dari kedua istilah berbahasa Inggris tersebut sebagai topik pilihan untuk dikupas tuntas oleh Kompasianer.

Fenomena terkait kedua istilah tersebut pada dasarnya bukanlah hal yang baru terjadi di kehidupan sosial masyarakat. Tapi entah kenapa justru kedua istilah asing tersebut yang terdengar maupun terbaca menonjol akhir-akhir ini dan bahkan menjadi kecenderungan untuk dipakai dalam penulisan berita maupun opini dalam bahasa Indonesia yang baku.

Klasik atau konvensional-nya kedua fenomena ini misalnya dapat dilihat dari khazanah lagu-lagu Pop Jawa, terutama yang mengangkat tema-tema patah hati atau dalam bahasa Jawa disebut ambyar. 

Ghosting =  Peraiban? Meraib?

Untuk istilah ghosting misalnya, siapa lagi kalau bukan Sang Maestro, Almarhum Didi Kempot, sang godfather of the brokenhearted atau Bapak sobat ambyar yang mampu merekam dan mendefinisikannya dalam bahasa Jawa secara sangat tepat. Penyair dan pemusik yang berfalsafahkan ambyar tak jogeti (kumenari di atas kepatahatian)  merekam fenomena ghosting secara tepat dalam lagunya "Ninggal Tatu" yang hentakan gendangnya luar biasa mengasyikan.


Awal dari lagu Ninggal Tatu yang dalam bahasa Indonesia berarti kira-kira "meninggalkan dalam keadaan terluka" memuat syair demikian:

Neng ngopo ra crito (Mengapa tak berterus terang)
yen kowe wes ra tresno (Kalau kau tak lagi cinta)
neng kowe malah lungo (Dan kau malah pergi)
ninggal tatu ning dodo (Tinggalkan luka di dada)

Bagian awal di atas jelas memberikan berbagai unsur yang memenuhi istilah ghosting yaitu ketidak-terusterangan, pergi diam-diam dan melukai.

Bagian pengulangan tembang ini lebih jelas lagi memberikan makna istilah asing itu:

Kowe tak sayang-sayang (Engkau kusayang-sayang)
saiki malah ngilang (Sekarang malah menghilang)
tresnamu karo aku (Cintamu kepadaku)
kuwi mung kiasan (hanya kiasan)

Berbagai unsur kata ghosting secara telak dipaparkan oleh Paklik Didi Kempot dalam pengulangan atau refrain tersebut: menghilang, dan cinta yang tak asli.

Lagu kedua yang cukup menggambarkan fenomena ghosting secara cukup lugas adalah lagu karya artis Pop Dangdut muda Hendra Kumbara yang berjudul Dalan Liyane (Jalan yang lain).


Lagu mas Hendra ini cukup fenomenal di kancah Pop Jawa terutama pada bait awal yang memuat lirik sebagai berikut:

Sopo sing kuat nandhang kahanan (siapa yang kuat menghadapi situasi ini)
Sopo seng ora kroso kelangan (siapa yang tidak merasa kehilangan)
Ditinggal pas sayang sayange (ditinggal saat sedang sayang sayangnya)
Pas lagi jeru jerune, koe milih dalan liyane (saat sedang dalam-dalamnya, kau pilih jalan yang lain)

Adalah istilah "ditinggal pas sayang-sayange pas lagi jeru-jerune" yang sempat menjadi istilah viral saat lagu ini mencapai puncak ketenarannya di tahun 2020 yang lalu. Defini ghosting apa yang lebih menghentak ketimbang frasa "ditinggal saat sayang-sayangnya dan di saat dalam-dalamnya" dalam tembang tersebut?

Melihat berbagai unsur arti ghosting di kedua tembang tersebut, mengapa kita terus memakai istilah ghosting? Apa salahnya jika kita ganti menjadi peraiban atau meraib?

Sidebarring = pengesampinganan? mengesampingkan?

Tidak sebanyak fenomena peraiban (ghosting), namun istilah sidebarring ditangkap dan diterjemahkan oleh penyanyi Pop Jawa yang sedang meroket yaitu Denny Caknan secara jitu dalam lagunya yang berjudul Los Dol.


Los Dol sendiri yang memiliki arti kira-kira terserah atau bodoh amat, dimulai dengan chorus yang berbunyi:

Los Dol, ndang lanjut lehmu WhatsApp-an  (Terserah, lanjutkan saja dikau ber-whatsApp-an)

Syair itu langsung membuka lagu dengan perkataan seseorang ke kekasihnya untuk melanjutkan kegiatannya berkomunikasi lewat WA dengan orang lain, di saat mereka sedang berdua. 

Di dua baris bait pertama, definisi ini dipertegas:

Tutuk-tutukno chattingan karo wong liyo  (terus-teruskanlah dikau ber-chatting ria dengan orang lain)
Rapopo, aku ra gelo
(tak apa, aku tak marah)

Di sini jelas bagaimana si kekasih dipersilakan untuk berkomunikasi lewat gawai (chatting) dengan orang lain. 

Dengan definisi dari lagu Los Dol, tentu jelas bahwa sidebarring adalah kegiatan kegiatan ber-komunikasi, dengan gawai, dengan orang lain di saat yang bersangkutan sedang berdua dengan pasangannya. Sang kekasih jelas dikesampingkan dan hal ini seharusnya membawa kita pada suatu kemungkinan pembahasa-Indonesia-an dari kata sidebarring menjadi pengesampinganan.

Setuju?

- salam pop Jawa: so so ho ha!!- 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun