Pada akhirnya saya selalu bekerja di dini hari untuk menerjemahkan. Di saat segar, proses kreatif masih terjaga dengan baik dan penerjemahan juga dapat dilakukan dengan lebih cepat.
Keenam, jangan mengarang!
Penerjemah bukanlah pengarang, maka seorang penerjemah tidak menambahi dan tidak mengurangi tulisan yang asli. Itulah tantangan terbesar: dengan perbedaan bahasa dapat membawa roh karya yang diterjemahkan dengan tetap setiap pada kata-kata yang dituliskan oleh si empunya karya.
Sulit? Silakan kembali ke poin pertama!
Akhirnya, saat tiga tahunan yang lalu saya memberitakan bahwa roman terjemahan saya telah diterbitkan, salah seorang teman saya, seorang penyuka sastra mengatakan, "Jep, kamu benar-benar seniman!"
Kalau saya seniman, berarti kegiatan penerjemahan roman adalah seni.
Saya bisa mengerti kalau kegiatan tersebut adalah seni, tapi saya tidak merasa diri sebagai seniman. Saya tidak pernah memakai topi baret besar warna hitam, apalagi punya kumis mbaplang!
- maaf kepanjangan, Jakarta 27 Januari 2021-
Tulisan sebelumnya:
Saat Pepatah Indah Dipakai Menindas Minoritas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H