Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jomblo? Pengantin Baru? Baca Ini!

12 Juni 2015   15:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:05 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Contoh 1 :

“Mas Kas, tabletku aipedku tadi ada di mana ya ?”, kata kawan saya Mbak Dessy (bukan nama sebenarnya) kepada Kasino (juga bukan nama sebenarnya) suaminya yang kebetulan duduk di sebelah saya di suatu acara kumpul-kumpul.

"Tablet ada di tas ranselku tuh mah. Tuh tasnya di dekat pintu", jawab Mas Kasino sambil terus duduk santai.

Tiba-tiba seorang teman lain yang usianya jauh lebih senior, sebut saja namanya Pak Jay (masih bukan nama sebenarnya) menimpali,

"Mas Kas, itu Mbak Dessy itu bukan cuman nanya. Tapi dia itu minta tolong tabletnya diambilin dari tas.. Gitu lhooo… ", kata Pak Jay sambil menyeruput teh manis suguhan.

"Ooo gitu… dari setadi bilang dong yang jelas..." kata Mas Kasino sambil berdiri lalu bergerak untuk mengambil tablet aiped istrinya.

Contoh 2 :

“Papah, beli tahu putih ya 4. Nanti malam kita masak mapo tahu. Dagg.”

Begitu isi pesan wasslapp dari istri Mas Panca (bukan nama sesungguhnya) saat akan pulang dari kantor. Dari kantor, Mas Panca pun melesat pulang tanpa lupa untuk mampir di supermarket langganan untuk membeli tahu putih empat biji sesuai pesanan sang istri.

Sampai di rumah.. Ting Tong..

“Mamaaaah aku pulaangg”, seru Mas Panca sambil mengendorkan dasi saat masuk ke rumah. Sang istri pun menyambut dengan girang dan ceria sebagaimana di iklan-iklan keluarga bahagia di tipi.

“Nih mah, tahunya empat”, kata mas Panca sambil memberikan plastik berisi tahu putih.

Sambil membuka plastik kreseknya, istri mas Panca bertanya, “loh Pah kok nggak sekalian beli daun bawang?

Lho kan pesennya tadi cuman beli tahu 4 biji”, kata mas Panca bingung.

Yaaa kan mapo tahu enak kalau dipakein daun bawang. Lagian daun bawang kan tempatnya di supermarket di sebelahnya tahu… masak nggak inisiatip beli sih??”, kata istri mas Panca sedikit kesal.

Mas Panca pun ngejengkang… mak gubrakkk!

Tidak Hanya Beda Planet

Men are from Mars, Women are from Venus. Itu kata penulis buku dan ahli komunikasi laki-laki-perempuan John Gray. Menurut Gray di tutur kata, cara berkomunikasi antara laki-laki dan perempuan didasari pada perbedaan sifat antara kedua jenis kelamin itu. Laki-laki dingin, kasar, sederhana, blak-blakan bak atau planet Mars sementara perempuan itu rumit, halus, indah, dan panas seperti planet Venus.

Lebih spesifik dalam cara berkomunikasi, teori kothak kathik gathuk saya justru melihat bahwa antara laki-laki dan perempuan ada jurang yang lebih jauh lagi. Laki-laki menurut saya mempunyai sintax atau tata, konsep, maupun proses pembentukan kalimat-kalimat yang jauh lebih sederhana dibandingkan perempuan. Kalau hanya sekedar beda planet antara Venus dan Mars, sebagaimana digagas Gray, maka yang terjadi adalah perbedaan struktur atau tata bahasa dan kosa kata belaka.

Apa yang terjadi buat saya adalah kesederhanaan berbahasa laki-laki dibandingkan dengan kerumitan berbahasa perempuan menjauhkan kedua jenis kelamin ini bukan saja dalam tatanan planet tapi juga dalam tatanan habitat seperti daratan dan sungai. Laki-laki bukan saja dari planet yang berbeda seperti bumi atau planet Mars, tapi juga beda habitat: kalau perempuan mahluk daratan (di Venus), laki-laki adalah mahluk sungai atau kali (di Bumi atau di Mars, kalau di Mars ada sungai).

Sebagaimana 2 contoh di atas, laki-laki menuntut kalimat-kalimat yang lugas, detail, jelas dan apa adanya atau tanpa arti bersayap khas (mungkin) ikan, katak, bekicot atau lain-lain mahluk kali atau sungai yang bahasanya teramat sederhana. Perempuan di pihak lain bisa hidup dengan kalimat-kalimat singkat namun dengan arti yang jauh lebih luas dan padat dari apa yang dikatakan seakan malaikat atau dewi-dewi dari planet Venus.

Di contoh pertama, Mas Kasino menuntut kalimat “Mas tolong dong ambilin tablet aipedku” dari Mbak Dessy, sementara di contoh kedua, Mas Panca menuntut kalimat “Papah tolong dong beliin tahu 4 dan daun bawang…” dari istrinya.

Mbak Dessy atau istri Mas Panca sebaliknya justru mengira bahwa apa yang mereka katakan sudah amat jelas dan terang benderang artinya….

Belajar Up-grade dan Down-grade Seumur Hidup

Sampai kapan pun ketidaknyambungan ini bakal terus terjadi?

Perempuan dan laki-laki akan terus tulalit dalam berkomunikasi sampai sepanjang segala abad amin. Yang harus dilakukan adalah bahwa laki-laki harus meng’up-grade’ otaknya untuk mampu memahami sintax Bahasa perempuan, sementara para perempuan harus men’down-grade’ caranya berbahasa saat berkomunikasi dengan lawan jenis.

Inilah kunci suksesnya komunikasi pria dan wanita. Tidak hanya dalam hubungan rumah tangga atau pacaran, hal ini pun berlaku dalam komunikasi antar lawan jenis di tempat kerja, kampus, maupun di sekolah.

Akhirnya tidak berlebihan pula untuk dituliskan bahwa downgrade (buat perempuan) dan upgrade (buat laki-laki) adalah satu kunci yang sangat penting untuk dipelajari dan diterapkan oleh para bujangan yang ingin segera menemukan pasangan.

Yang pria sebaiknya mencoba terus untuk mengerti canggih atau sophisticated-nya sintax bahasa perempuan. Tidak ada ruginya untuk mencoba trial and error terus belajar menjadi cenayang untuk mengerti arti-arti yang tersirat dibalik kalimat-kalimat yang diucapkan para perempuan. Di saat yang sama, yang perempuan sebaiknya pun merendahkan dirinya mencoba bertutur kata lebih sederhana namun eksplisit kepada para pria.

Intinya: para pria sebaiknya memahami bahwa perempuan bukanlah telegram dan para perempuan sebaiknya juga memahami bahwa para pria bukanlah ahli telepati

Bikin frustasi? Susah? Tidak masuk akal?

Ya mau apalagi, kalau memang sudah dari sononya begitu. Justru di yang tidak masuk akal itulah letaknya keunikan hubungan pria dan permpuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun