Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - pendiri komunitas Seniman NU
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis opini di lebih dari 100 media berkurasi. Sapa saya di Instagram: @Joko_Yuliyanto

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Persiapan Menghadapi Artificial Inteligence

15 Desember 2020   08:34 Diperbarui: 15 Desember 2020   08:36 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: surveycto.com

Sekira 20 tahun ke depan, manusia di dunia akan dihadapkan pada peradaban Artificial Inteligence. Setiap negara atau pemerintah harus mempersiapkan diri menghadapi kemajuan teknologi yang sangat cepat. 

Peran atau pekerjaan manusia akan digantikan dengan robot atau perangkat digital yang lebih efektif dan efisien meningkatkan produktivitas perusahaan.

Saya yang saat ini bekerja di perusahaan percetakan dan penerbitan mulai gelisah saat isu keberlangsungan perusahaan mulai dipertanyakan. Buku cetak mulai kurang diminati digantikan dengan platform digital. Perusahaan koran, majalah, dan sejenisnya mulai gulung tikar digusur oleh media-media elektronik. 

Basis pendidikan perlahan diarahkan pada pembelajaran audio visual yang semakin mengendurkan semangat bekerja di industri percetakan dan penerbitan.

Bukan hanya itu, segala bentuk industri yang sekiranya bisa digantikan dengan peran teknologi juga diprediksi mengalami nasib serupa. Pekerjaan-pekerjaan non-skill akan segera digantikan oleh mesin. 

Orang yang tidak mempersiapkan keahlian dan kreativitas akan kesulitan bertahan hidup. Dibandingkan perusahaan manufaktur, mungkin perusahaan jasa yang masih bisa diandalkan dalam menghadapi Artificial Inteligence. 

Berikut beberapa jenis pekerjaan yang akan "musnah" di masa depan; petani, akuntan, buruh pabrik, pelayan, kasir, kurir, konstruksi, sopir, dll.

Free Trade Agreement 

Pejanjian Perdagangan Bebas atau FTA adalah kebijakan yang biasanya dilakukan oleh dua negara atau lebih, dimana perdagangan dan jasa bisa melewati batas negara tanpa dikenai tarif. Perjanjian tersebut sifatnya terbuka dan semua pihak berhak untuk memberikan penjelasan masing-masing.

Saat ini Indonesia sudah mempersiapkan diri menghadapi tantangan global. Menyipakan pasar bebas dengan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/ RCEP) setelah sebelumnya banyak terlibat dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN-Australia-New Zealand, ASEAN-Cina, ASEAN-Korea, ASEAN-India, Indonesia-Jepang (IJ-EPA), dan perjanjian bilateral lainnya.

Kebijakan membuka pasar global adalah bentuk kepercayaan diri sebuah negara untuk siap bersaing dengan negara lain dalam menjual jasa dan barang domestik. 

Mendorong UMKM dan perusahaan dalam negeri agar bisa memaksimalkan peluang ekspor ke negara lain dengan tetap mengandalkan kualitas produk dan jasa yang ditawarkan. 

Sebaliknya, jika sumber daya domestik kurang edukasi menghadapi persaingan global, maka UMKM dalam negeri akan mati karena digantikan produk asing yang lebih murah dengan kualitas yang lebih baik.

Perdagangan bebas adalah salah satu upaya pembukaan era Artificial Inteligence. Kemudahan akses teknologi dan informasi harus bisa dimanfaatkan untuk bisa konsisten menyerap tantangan dan peluang di pasar global. 

Menuntut setiap orang untuk selalu berinovasi mengikuti perkembangan zaman yang serba digital. Keluar dari zona nyaman sebagai pekerja atau buruh yang tekun menerima berbagai pekerjaan yang seharusnya bisa digantikan dengan mesin.

Setiap negara mempunyai strategi masing-masing dalam menyusun kebijakan yang sekiranya bisa melindungi warganya dari ancaman pasar global. Kebijakan membuka perdagangan bebas harus disertai dengan pelatihan UMKM agar lebih siap bersaing dengan produk asing. 

Jangan sampai pelaku usaha malah mangandalkan bahan atau barang dari luar negeri, sedangkan mereka kesusahan memasarkan barangnya sendiri.

Bukan hanya tentang persaingan pasar global, langkah pemerintah menghadapi Artificial Inteligence adalah dengan memberikan kemudahan investasi ke Indonesia. 

Penanaman modal dan investasi jangka panjang diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan negara lain. Menguatkan kemandirian ekonomi dan kesejahteraan sosial. Masyarakat yang kurang mempersiapkan skill dan kecerdasannya dalam melihat peluang usaha, akan dipersiapkan untuk menjadi buruh perusahaan-perusahaan asing yang berinvestasi di Indonesia.

Mempersiapkan Skill

Banyak kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi tantangan persaingan global. Mulai dari pelatihan UMKM, pemberian Kredit Usaha Rakyat, kampanye produk dalam negeri ke mancanegara, proteksi dari impor barang yang berakibat pada matinya UMKM, hingga meningkatkan daya tarik investasi dalam negeri.

Pemerintah mempunyai pandangan bahwa Indonesia merupakan negara yang punya potensi besar untuk siap bersaing di kancah internasional. Mempunyai sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang siap dilatih untuk menjadi generasi emas di masa mendatang. 

Indonesia harus segera keluar dari bayang-bayang identitas negara berkembang dan mempersiapkan diri untuk diakui sebagai negara maju dengan segala kompetensi yang dimilikinya.

Keahlian masyarakat harus mulai dilatih sejak dini. Perkembangan teknologi akan menggantikan peran manusia yang bisa diwakili oleh mesin. Sedangkan keahlian atau bakat potensi setiap manusia tidak akan bisa digantikan oleh peran teknologi. 

Artificial Inteligence mengingatkan kita akan pentingnya kecerdasan dan keahliaan setiap individu manusia yang belum terasah. Kalau tetap ingin bertahan, maka mulai sekarang harus mencari potensi diri untuk dilatih dan dikembangkan. Setelahnya memanfaatkan keahlian tersebut melalui sarana teknologi yang diberikan untuk memudahkan segala metode dalam menghasilkan pendapatan.

Menekuni salah satu skill yang diminati lebih bermanfaat daripada menggantungkan ekonomi dengan menjadi karyawan manufaktur. Manusia bisa menciptakan mesin atau robot yang lebih cekatan mengolah hasil produksi, tapi mesin tidak akan bisa memplagiat keahlian dan pemikiran manusia satu dengan yang lainnya. 

Jika teknologi sudah merambah ke semua bidang kehidupan manusia, maka satu per satu jenis pekerjaan akan menghilang. Kehadiran teknologi bukan untuk dilawan, tapi dimanfaatkan untuk memfasilitasi skill yang sudah dimiliki.

Artificial Inteligence akan dijadikan acuan seberapa mandiri dan maju sebuah negara. Bukan tentang seberapa kaya alam yang dimiliki, bukan tentang sebarapa banyak populasi penduduk yang dimiliki, tapi lebih kepada kecerdasan melihat peluang dan memanfaatkan keahlian yang dimiliki untuk siap bersaing di pasar global.

Joko Yuliyanto

Penggagas Komunitas Seniman NU. Penulis Buku dan Naskah Drama. Aktif Menulis Opini di Media Daring.

Bisa disapa di IG: @Joko_Yuliyanto

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun