Mohon tunggu...
Dr. Joko Wiratmo
Dr. Joko Wiratmo Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar, peneliti, pengabdi, pembangun

Kebahagiaanku adalah ketika aku mampu berbuat banyak untuk orang banyak, bangsa, dan negara. Berkeinginan menjadi legenda hidup yang namanya harum sepanjang masa dan bersama keluarga menebarkan kebaikan kepada sesama umat manusia di seluruh dunia. In sya allah.

Selanjutnya

Tutup

Money

Menumbuhkan Kepedulian pada Perkebunan Skala Kecil dan Menengah Nasional

4 Desember 2019   09:25 Diperbarui: 4 Desember 2019   09:44 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENUMBUHKAN KEPEDULIAN PADA PERKEBUNAN SKALA KECIL DAN MENENGAH NASIONAL

Tulisan ini bertujuan untuk menggali dan menumbuhkan kepedulian pada hasil perkebunan yang sebenarnya berpotensi besar dalam pembangunan namun masih belum dimanfaatkan secara optimal dalam menarik devisa. 

Perhatian masyarakat terhadap produk pertanian sebenarnya besar namun mengingat nilai tambahnya yang belum diolah sedemikian rupa sehingga mencapai nilai ekonomis tinggi menyebabkan masyarakat masih belum terpacu untuk mengembangkan pertanian skala kecil dan menengah menjadi usaha besar melalui kelompok tani. Yang terjadi selama ini adalah pemerintah (BUMN) dan perseroan terbatas skala besar yang baru menggeliat menampakkan hasilnya.

Beberapa tanaman perkebunan seperti teh, kopi, serai wangi dan aren banyak bertebaran dimana-mana namun pengelolaannya masih secara tradisional. Mencermati statistik Badan Pusat Statistik (BPS)  tentang perkembangan produksi teh di Indonesia merupakan sesuatu hal yang sangat menarik. Hal ini diperlihatkan pada tabel berikut ini.

Data di atas menunjukkan bahwa baik luas maupun produksi teh total mengalami fluktuasi. Data tahun 2018 merupakan angka sementara sedangkan data tahun 2019 merupakan angka estimasi dari Ditjen Perkebunan. 

Selama 5 tahun tersebut, tahun 2017 menunjukkan adanya produksi terbesar mengingat bahwa pada tahun tersebut kondisi cuaca, musim dan iklimnya normal dan mungkin oleh sebab-sebab lainnya seperti manajemen yang baik. 

Faktor luas lahan mengalami penurunan meskipun tidak cukup signifikan. Bandingkan dengan data tahun 2012-2015 dimana pada tahun 2014 mencapai produksi terbesar. 

Berdasarkan propinsinya maka produksi teh di Jawa Barat merupakan yang tertinggi yakni 50469 ton, disusul oleh Sumatera Utara sebesar 7111 ton, Jawa Timur 6881 ton, Sumatera Barat 5104 ton, Jawa Tengah 5181 ton, Jambi 3555 ton, Sumatera Selatan 3375 ton, Bengkulu 1319 ton, Sulawesi Selatan 138 ton dan Banten 10 ton sehingga total produksi teh Indonesia tahun 2015 sebesar 83142 ton. 

Produktivitas rata-rata teh di negara kita adalah 2-3 ton per hektar yang ternyata kemudian menurun menjadi 1,5-1,7 ton per hektar pada tahun 2015-2019. Entah karena masalah perbaikan data entah memang betul-betul terjadi penurunan produktivitas di lapangan. Masalah data memang sering menjadi biang kerok dari banyak masalah karena dari data yang kemudian diolah menjadi informasilah maka suatu kebijakan diambil. 

Produktivitas teh di Jawa Barat masih di bawah angka nasional yakni berkisar antara 1,3-1,5 ton per hektar.  Dibandingkan dengan tanaman lainnya, teh mempunyai nilai lebih karena kaya mineral dan vitamin serta bermanfaat untuk kesehatan lainnya. Nilai ekspor teh tahun 2016 adalah sebesar US$ 51,32 juta dengan pangsa pasar Malaysia 16,19%, Jerman 8%, Amerika Serikat 7,78%, Pakistan 7,41%, Rusia 18,96%, dan lain-lainnya sebesar 41,64%. 

Impor teh kita sebesar US$ 22,1 juta. Dengan demikian maka teh mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sayang apabila komoditas teh ini tidak dikembangkan, misal dengan meningkatkan produktivitasnya dan memperbaiki harga jualnya sehingga nilai ekonomisnya makin tinggi.

Di sisi lain, kopi merupakan komoditi pertanian yang beberapa tahun ini mengalami booming. Kedai atau caf beberapa waktu terakhir memang sedang banyak menjamur khususnya di kota-kota besar. Salah satu yang disajikan adalah kopi aneka macam yang berasal dari banyak tempat di tanah air. 

Banyak orang menggunakan kedai kopi tersebut untuk ngopi-ngopi dan ngobrol kesana kemari terkait banyak hal di kehidupan ini. Dari mulai membicarakan yang ringan-ringan saja seperti hobi, permasalahan sehari-hari, pekerjaan kantor atau masalah yang berat-berat misalnya mengenai jagad perpolitikan negeri kita dengan berbagai issue dan hoaksnya. 

Dengan demikian maka banyak hal positif dari kegiatan ngopi tersebut. Bila dengan ngopi orang menjadi lebih bahagia maka ini merupakan langkah awal positif dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Untuk kafe-kafe yang sudah permanen dan modern, biasanya dilengkapi dengan wifi sehingga para pengunjungnya betah untuk berlama-lama tinggal di sana. Gaya hidup semacam ini sudah menjadi budaya. 

Restauran-restauran mahal menyajikan kopi aneka jenis dengan harga yang mahal. Bahkan salah satu kafe mahal dengan merk tertentu dari paman Sam menyajikan kopi seolah-olah kopi tersebut berasal dari AS. Padahal kalau kita runut, sebagian kopi yang disuguhkan dihasilkan dari kopi-kopi yang ditanam di Indonesia yang kemudian diimport mereka yang kemudian mereka eksport kembali dalam bentuk biji kopi yang dijual di kafe tersebut. Hanya berputar-putar saja sehingga ongkos produksinya menjadi mahal. Kopi yang telah mengalami proses fermentasi di tubuh hewan luwak juga telah menjadi kopi yang berharga mahal.

Mencermati statistik kopi di tanah air juga sangat menarik. Seperti halnya teh, luas tanaman, produksi dan produktivitas kopi juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Menurut statistik, produksi kopi terbesar berasal dari Sumatera Selatan dimana mencapai 184,9 ribu ton yang merupakan angka perkiraan tahun 2019. 

Produksi kopi nasional berkisar antara 639 sampai 729 ribu ton dimana untuk pulau Jawa, produksi kopi Jawa Barat merupakan nomer kedua setelah Jawa Timur. Luas lahan kopi juga secara nasional meningkat selama lima tahun terakhir yang dimungkinkan karena masalah permintaan kopi yang makin meningkat atau karena faktor iklim yang cocok untuk pertumbuhan kopi. 

Produktivitas kopi nasional berkisar antara 700 sampai 785 kg/ha dimana untuk Jawa Barat produktivitasnya lebih tinggi daripada rata-rata nasional yakni sekitar 800an kg/ha. Dari dua komoditas di atas, jelas bahwa Jawa Barat mempunyai potensi pengembangan untuk produk perkebunan ini. Selain alamnya yang cocok baik cuaca, musim dan iklim serta tanahnya, varietas kopi yang dikembangkan di Indonesia mendukung untuk budidaya kedua jenis komoditas tersebut. Tinggal masalah manajemen saja yang perlu mendapatkan perhatian ekstra.

Tanaman sereh wangi merupakan salah satu penghasil minyak atsiri yang sangat prospektif dan kaya akan manfaat. Permintaan sereh wangi cukup tinggi dan harganya stabil serta cenderung meningkat namun sayangnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman perkebunan rakyat ini tidak banyak dilirik. Pendapatan petani sereh wangi yang menggunakan varietas unggul bisa mencapai Rp. 12.250.000,-/ha/tahun sedangkan dengan menggunakan bibit lokal sebesar Rp. 7.031.250,-/ha/tahun. 

Meskipun dari angka terlihat kecil namun bila diberikan nilai tambah pada produknya (misal dengan membuat produk turunannya) maka tidak mustahil akan menghasilkan pendapatan beberapa kali lipat dari yang selama ini diperoleh petani. Sementara tanaman aren merupakan tanaman perkebunan yang berpotensi besar untuk juga dikembangkan. 

Menurut perhitungan dinas perkebunan Jawa Barat, apabila setiap petani mempunyai lahan 1 hektar dengan area populasi aren sebanyak 277 pohon yang dikelola secara intensitf akan menghasilkan 2656 liter nira/hari yang ekuivalen dengan 369 kg gula gandu. Dengan demikian maka petani mendapatkan pendapatan kotor Rp. 4.797.000,-/hari dengan harga gula gandu per kg sebesar Rp. 13.000,-. (Siregar, 2019).

Sebagai salah satu contoh daerah di Jawa Barat yang mempunyai potensi untuk dikembangkan adalah kecamatan Gunung halu kabupaten Bandung Barat. Daratan di wilayah ini mempunyai kemiringan lebih dari 40% yang meliputi areal seluas 134,8 km2 dari total seluas 160,64 km2. Terdapat 3 komoditas besar yang bisa dikembangkan di kecamatan tersebut yakni kopi, sereh wangi dan aren selain tentunya teh yang memang sudah sejak jaman Belanda dibudidayakan di kawasan ini. 

Dengan menggunakan teknologi  sistem informasi geografis (GIS) dapat diperoleh informasi tentang peta potensi tanaman kopi, serai wangi dan aren di kawasan tersebut dengan memperhitungkan faktor iklim, kesesuaian lahan dan jenis tanaman. 

Terdapat 8,7% luas lahan berpotensi untuk ditanami tanaman kopi, 4,3% untuk tanaman serai wangi dan 13,2% untuk tanaman aren atau masing-masing seluas 1456 , 719 dan 2,2 hektar. 

Dengan jumlah batang total  sebanyak 3,12 juta dengan jarak tanam 2x2 meter persegi maka bisa menghasilkan pendapatan Rp. 40an juta per bulan per hektar dengan asumsi harga kopi per kilogram sebesar Rp. 90.000,-. Serai wangi bisa menghasilkan pendapatan petani sebesar kurang lebih Rp. 1 juta/bulan dengan asumsi harga per kilogram serai wangi Rp. 500,- sedangkan untuk aren bisa menghasilkan pendapatan kurang lebih Rp.9 juta per hektar per bulan bila harga perkilogramnya Rp. 5000,- Dengan demikian dari ketiga komoditas tanaman tersebut bisa menghasilkan pendapatan Rp. 0,533 milyar/hektar (Diema, 2019). 

Potensi perkebunan rakyat ini akan makin meningkat bila ada sentuhan teknologi dan permodalan mengingat kondisi saat ini dibiarkan tumbuh secara alami. Potensi daerah semacam ini bisa dipetakan di setiap kabupaten dan propinsi dengan melibatkan peran serta stake holder pertanian sehingga lahan-lahan semi kosong yang selama ini kurang termanfaatkan dapat dioptimalkan penggunaannya. Nilai tambah bagi masyarakat petani kalangan menengah ke bawah khususnya akan makin bisa ditingkatkan dan tingkat kesejahteraan merekapun akan makin bertambah pula apalagi jika semuanya menjadi komoditas eksport utama.

---------------------------------------

Dr. Joko Wiratmo adalah staf pengajar pada Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB

Jl. Ganesha 10 Bandung 40132

https://fitb.itb.ac.id/dr-joko-wiratmo/

djokowiratmo.blogspot.co.id

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun