Mohon tunggu...
Dr. Joko Wiratmo
Dr. Joko Wiratmo Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar, peneliti, pengabdi, pembangun

Kebahagiaanku adalah ketika aku mampu berbuat banyak untuk orang banyak, bangsa, dan negara. Berkeinginan menjadi legenda hidup yang namanya harum sepanjang masa dan bersama keluarga menebarkan kebaikan kepada sesama umat manusia di seluruh dunia. In sya allah.

Selanjutnya

Tutup

Money

Menumbuhkan Kepedulian pada Perkebunan Skala Kecil dan Menengah Nasional

4 Desember 2019   09:25 Diperbarui: 4 Desember 2019   09:44 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, kopi merupakan komoditi pertanian yang beberapa tahun ini mengalami booming. Kedai atau caf beberapa waktu terakhir memang sedang banyak menjamur khususnya di kota-kota besar. Salah satu yang disajikan adalah kopi aneka macam yang berasal dari banyak tempat di tanah air. 

Banyak orang menggunakan kedai kopi tersebut untuk ngopi-ngopi dan ngobrol kesana kemari terkait banyak hal di kehidupan ini. Dari mulai membicarakan yang ringan-ringan saja seperti hobi, permasalahan sehari-hari, pekerjaan kantor atau masalah yang berat-berat misalnya mengenai jagad perpolitikan negeri kita dengan berbagai issue dan hoaksnya. 

Dengan demikian maka banyak hal positif dari kegiatan ngopi tersebut. Bila dengan ngopi orang menjadi lebih bahagia maka ini merupakan langkah awal positif dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Untuk kafe-kafe yang sudah permanen dan modern, biasanya dilengkapi dengan wifi sehingga para pengunjungnya betah untuk berlama-lama tinggal di sana. Gaya hidup semacam ini sudah menjadi budaya. 

Restauran-restauran mahal menyajikan kopi aneka jenis dengan harga yang mahal. Bahkan salah satu kafe mahal dengan merk tertentu dari paman Sam menyajikan kopi seolah-olah kopi tersebut berasal dari AS. Padahal kalau kita runut, sebagian kopi yang disuguhkan dihasilkan dari kopi-kopi yang ditanam di Indonesia yang kemudian diimport mereka yang kemudian mereka eksport kembali dalam bentuk biji kopi yang dijual di kafe tersebut. Hanya berputar-putar saja sehingga ongkos produksinya menjadi mahal. Kopi yang telah mengalami proses fermentasi di tubuh hewan luwak juga telah menjadi kopi yang berharga mahal.

Mencermati statistik kopi di tanah air juga sangat menarik. Seperti halnya teh, luas tanaman, produksi dan produktivitas kopi juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Menurut statistik, produksi kopi terbesar berasal dari Sumatera Selatan dimana mencapai 184,9 ribu ton yang merupakan angka perkiraan tahun 2019. 

Produksi kopi nasional berkisar antara 639 sampai 729 ribu ton dimana untuk pulau Jawa, produksi kopi Jawa Barat merupakan nomer kedua setelah Jawa Timur. Luas lahan kopi juga secara nasional meningkat selama lima tahun terakhir yang dimungkinkan karena masalah permintaan kopi yang makin meningkat atau karena faktor iklim yang cocok untuk pertumbuhan kopi. 

Produktivitas kopi nasional berkisar antara 700 sampai 785 kg/ha dimana untuk Jawa Barat produktivitasnya lebih tinggi daripada rata-rata nasional yakni sekitar 800an kg/ha. Dari dua komoditas di atas, jelas bahwa Jawa Barat mempunyai potensi pengembangan untuk produk perkebunan ini. Selain alamnya yang cocok baik cuaca, musim dan iklim serta tanahnya, varietas kopi yang dikembangkan di Indonesia mendukung untuk budidaya kedua jenis komoditas tersebut. Tinggal masalah manajemen saja yang perlu mendapatkan perhatian ekstra.

Tanaman sereh wangi merupakan salah satu penghasil minyak atsiri yang sangat prospektif dan kaya akan manfaat. Permintaan sereh wangi cukup tinggi dan harganya stabil serta cenderung meningkat namun sayangnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman perkebunan rakyat ini tidak banyak dilirik. Pendapatan petani sereh wangi yang menggunakan varietas unggul bisa mencapai Rp. 12.250.000,-/ha/tahun sedangkan dengan menggunakan bibit lokal sebesar Rp. 7.031.250,-/ha/tahun. 

Meskipun dari angka terlihat kecil namun bila diberikan nilai tambah pada produknya (misal dengan membuat produk turunannya) maka tidak mustahil akan menghasilkan pendapatan beberapa kali lipat dari yang selama ini diperoleh petani. Sementara tanaman aren merupakan tanaman perkebunan yang berpotensi besar untuk juga dikembangkan. 

Menurut perhitungan dinas perkebunan Jawa Barat, apabila setiap petani mempunyai lahan 1 hektar dengan area populasi aren sebanyak 277 pohon yang dikelola secara intensitf akan menghasilkan 2656 liter nira/hari yang ekuivalen dengan 369 kg gula gandu. Dengan demikian maka petani mendapatkan pendapatan kotor Rp. 4.797.000,-/hari dengan harga gula gandu per kg sebesar Rp. 13.000,-. (Siregar, 2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun