Mohon tunggu...
Yuniarto Hendy
Yuniarto Hendy Mohon Tunggu... Jurnalis - Dosen Bahasa Indonesia di Beijing

Youtube: Hendy Yuniarto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pemandu Karaoke

22 Februari 2020   13:42 Diperbarui: 22 Februari 2020   22:06 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdengar kembali suara memanggil dari dalam. Rini bergegas masuk dan menanyakan nomor ruangan. Di ruangan 504 sudah menunggu beberapa pegawai administrasi kabupaten.

Seperti biasa bapak-bapak menyanyi dengan suara tak nyaman didengar, diselingi keluhan-keluhan tentang kantor dan keluarganya. Tamunya menyumpahi kepala kantor dengan makian, disuarakan lantang melalui micnya. Istrinya yang selalu minta baju dan perhiasan baru juga tak luput dimakinya dengan serapah membabi buta, dan anaknya yang dikeluarkan dari sekolah karena terlibat tawuran dicaci sekeras-kerasnya.

Rini mencoba menghibur dengan lagu Melayu mendayu namun malah menambah sendu. Merasa tak puas dengan pelayanan, rini malah menerima kata-kata makian. Nama-nama anggota kebun binatang disemprot tepat depan wajahnya. Rini hanya diam pasrah walau dalam hati tak terima.

Ia mengerti tamu-tamunya sedang dalam pengaruh miras. Mereka sengaja nekat mencampur bir dengan cap tikus agar cepat tinggi. Rini juga tak mau kehilangan reputasinya, terfavorit 3 bulan berturut-turut.

Malam ini ia mengalami hal yang tak mengenakkan, seperti hari-hari sebelumnya dengan perlakuan layaknya seekor monyet. Hanya ada satu ambisi di kepalanya, menyelesaikan kuliah dan bekerja, di tempat lebih manusiawi, jauh dari orang-orang munafik.

Ia tak perlu membedakan mana pegawai administrasi kabupaten, dosen, pengusaha tambang, ataupun mahasiswa. Semuanya berwatak penuh kepura-puraan. Di ruangan karaoke, semuanya menjadi sejenis, monyet.

Kembali ia keluar dan menyulut rokoknya, kuat-kuat mengembuskan asapnya ke angkasa. Ia tak menyangka langit malam begitu cerah dan bertabur bintang. Berharap malam ini akan segera berakhir dan esok segera menantinya. Kembali seperti sedia kala. Menemani tamu-tamu menghabiskan malam, menyanyi, berkeluh kesah, serta menyumpah.

Saat yang ia nanti telah tiba. Bersama keluarganya Rini berfoto bersama di studio foto dekat kampusnya. Adiknya berlari menyambut dan memeluk erat, Rini meneteskan air mata. Ia juga bangga adiknya telah lulus SMP. Rini akan pulang ke kampung untuk sementara waktu dan akan kembali lagi ke kota untuk mencari pekerjaan.

Foto wisuda hari itu ia cetak besar-besar, digantungkan di dinding ruang tamu rumah, kamar, dan dapur. Setiap melewati ruang tamu ia tatap lama foto wisuda itu. Dalam hatinya merasa bangga.

Orang tuanya tentu lebih bangga, melihat Rini menyelesaikan kuliahnya tepat waktu, juga karena sedikit uang yang rutin ia kirim, dan untuk adiknya tercinta. Tak lupa mereka kemudian berharap Rini segera mencari dan mendapat pekerjaan.

Berbekal ijazah S1 dan CV ia mencoba melamar beberapa lowongan kerja, dari perusahaan tambang, kantor pemerintahan, hotel, dan bank. Meskipun di kota ia tidak melihat ada banyak kesempatan kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun