Mohon tunggu...
Yuniarto Hendy
Yuniarto Hendy Mohon Tunggu... Jurnalis - Dosen Bahasa Indonesia di Beijing

Youtube: Hendy Yuniarto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pemandu Karaoke

22 Februari 2020   13:42 Diperbarui: 22 Februari 2020   22:06 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap bulan orang tuanya mengiriminya uang, beras, dan gula merah hasil kebun. Ia merasa cukup hati-hati dalam pengeluaran uang, berbekal ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah. Uang makan, keperluan sehari-hari, dan biaya lainnya ia pilah dan catat dengan teliti.

Namun pada semester kedua pengeluarannya semakin lama semakin membengkak karena keinginan yang bertambah. Ia lihat temannya bergincu korea, yang lain menenteng tas dari toko online dari ibukota.

Ajakan tiap pulang kuliah ke kafe kopi susah untuk ditolaknya. Segelas kopi kafe semingu mungkin tak akan membebani keuanganya, namun selama beberapa kali dalam seminggu tentu menguras dompetnya.

Ia selalu mengikuti gaya hidup teman-teman sekampusnya. Belum lagi bobba milk tea yang menjamur di pingir-pinggir jalan berdebu, untuk postingan kekinian di Instagram storynya.

Untuk menambah pemasukan ia mengikuti saran temannya untuk melamar kerja part time. Menjadi sales rokok pernah ia jalani selama 3 bulan. Dari pekerjaannya ia belajar bagaimana merokok dengan baik dan benar. Setelah itu berpindah menjadi sales asuransi.

Namun setelah 2 bulan ia mengundurkan diri karena tak tahan dengan target hariannya, juga akhirnya ia tahu kalau asuransi itu bodong. Pernah ia ditawari temannya kerja di SPA sebagai terapis, juga kadang melayani tamu dengan pelayanan plus. Ia menolak mentah-mentah walaupun bayarannya lebih tinggi daripada seorang pegawai tetap perusahaan tambang.

Selanjutnya ada teman sekelas menawari untuk menggantikannya kerja di KTV. Saat itu ia menjelaskan dengan panjang lebar bagaimana pengalamannya bekerja sebagai pemandu karaoke. Setelah saat itu Rini menyetujui rekomendasi temannya dan mulai menjalani pekerjaannya seperti sekarang.

Menjadi pemandu karaoke tidaklah rumit. Hanya berdandan seksi sesuai dengan tema, kadang anak sekolah, suster rumah sakit, atau tema hari guru. Asalkan ia melayani tamu dengan sabar dan pengertian, tamu akan memberi tip sebagai bonus. Tipnya ia kumpulkan lalu mengirimnya ke orang tua dan adiknya di kampung.

Sebagai pemandu karaoke ia pernah mengalami hal-hal yang tak menyenangkan. Tamu-tamu yang meraba-raba paha serta dadanya, mengecup pipi, leher, dan punggungnya. Dipeluk dan dipangku paksa seringkali dialami.

Ia Juga kadang dijambak atau dipukul tamu yang sedang mabuk dan ngamuk. Menghadapi perlakuan seperti itu ia dengan tegas menolak dan mengancam untuk melaporkannya pada sekuriti.  

Sebagai pemandu karaoke ia pun tak akan sampai berbuat menjual diri seperti teman-temannya, melanjutkan pelayanan layaknya suami istri di hotel atau apartemen. Baginya kerja memandu para tamu bernyanyi sudah lebih untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk mengundang orang tuanya ke upacara wisuda tahun depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun