Jalan sepanjang 1,2 km dan memiliki sedikitnya 300 toko ini menyajikan bangunan klasik, bergaya perpaduan Eropa-Tionghoa. Nama Shangxiajiu diambil karena area ini terletak di antara jalan Shangjiu dan Xiajiu.
Selain memanjakan wisatawan dengan barang-barang klasik dan modern, jalan ini juga terkenal dengan jajanannya, baik khas Kanton maupun jajanan modern. Satu hal yang sayang untuk dilewati sewaktu mengunjungi jalan ini adalah mencicipi kulinernya, yaitu makanan laut dan dim sum. Dim sum dan makanan laut seringkali terlihat di pinggir jalan. Pastikan pilih tempat yang cukup bersih dan jauh dari kesan jorok.
Pasar ikan Huangsha menjadi alternatif tujuan bagi pecinta makanan laut. Pasar yang terletak di dermaga sebelah pulau Shamian ini menjual berbagai tangkapan laut.
Bermacam-macam ikan, udang, kepiting, cumi, tiram, kura-kura, dll, Â dipamerkan hidup, segar di kotak-kotak akuarium. Harga yang ditawarkan relatif lebih murah daripada di pusat kota.
Pengunjung tidak hanya diberi pilihan ikan laut yang melimpah, namun juga dapat dimasak sekaligus dengan harga yang cukup murah. Sebagai wisatawan yang akan mengunjungi tempat ini untuk mencoba langsung makanan laut diharap untuk berhati-hati terhadap kecurangan para penjual.
Toko Buku 1200 terdaftar sebagai toko buku wajib dikunjungi oleh CNN pada tahun 2014. Toko buku yang buka 24 jam ini tidak hanya menjual buku, kopi, dan suvenir untuk pengunjung, namun juga menawarkan jasa penginapan gratis bagi para backpacker di kamar pribadi di dalam toko.
Untuk mendapatkan jasa tersebut, pelancong harus mendaftar lewat email toko terlebih dahulu, serta menyatakan latar belakang mereka dan alasan untuk meminta menginap. Pelancong yang diterima menginap dapat diminta untuk berbagi pengalaman mereka dengan pelanggan selama salah satu seminar tengah malam reguler di dalam toko.
Pulau Shamian memiliki sejarah dari dinasti Song (960 - 1279) dan Dinasti Qing (1644 - 1911) yang berfungsi sebagai pelabuhan penting bagi perdagangan luar negeri Tiongkok sebelah selatan.
Kemudian pelabuhan ini menjadi sangat strategis untuk pertahanan kota selama Perang Candu kedua (1856-1860). Dari akhir 1800-an hingga awal 1900-an, sebagian besar fasilitas publik selesai, termasuk bangunan politik seperti konsulat, bangunan budaya seperti gereja, sekolah, serta bangunan komersial seperti bank dan perusahaan.
Demikian ulasan pilihan tujuan wisata Guangzhou berdasarkan pengalaman, dan tentu belumlah memuaskan dibandingkan dengan ulasan wikitravel, travelchinaguide.com, bahkan lonelyplanet sekalipun. Namun dengan sajian ulasan singkat ini, setidaknya tempat-tempat wisata Guangzhou dapat dikenali dengan singkat dan sederhana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H