Banyak peran yang harus diperankan. Dalam script drama diceritakan bahwa akan ada dua laki-laki yang memperebutkan satu wanita, dan si wanita mengajukan untuk melakukan tarung sarung dan yang menang akan menikah dengannya.Â
"Dio kamu yang jadi cowo pertama ya, ntar kamu menang terus nikah sama perempuannya." Lala menunjuk Dio.Â
"Enggak ah, males aku ntar penonton pada ketawa, aku gak bisa acting." Jawab Dio. Dio orangnya lumayan pendiam, tapi jika ia bersama temannya Dio lumayan aktif.
Rachel pun mengatakan sesuatu "Bagaimana kalau kita melakukan audisi, jadi kita suruh mereka semua memerankan peran, nah entar yang acting nya bagus, dia yang memerankan peran itu."
"Gimana setuju gak teman-teman?" Tanya Lala.Â
"Boleh sih, karena itu lebih bagus daripada dipilih, soalnya kalau dipilih ntar takutnya yang dipilih tidak siap berperan." Jawab Siti.Â
Rachel pun langsung menyuruh teman-teman yang lain untuk audisi beberapa peran yang ada drama. Beberapa ada yang terpilih dan ada juga yang tidak terpilih karena memang acting bukan kelebihan bagi mereka yang tidak terpilih.Â
Hari pertama berdiskusi pun selesai bersamaan dengan pemilihan peran drama. Keesokan harinya karena script drama sudah selesai dibuat oleh sutradara, kami pun langsung latihan sesuai dengan peran yang kami dapat. Ada yang latihan bermain musik untuk mengiringi kami nyanyi di akhir penampilan, ada yang latihan menarikan tarian Pagellu, dan ada yang latihan ber-acting drama.Â
Di tengah latihan, Theo sangat tidak serius dibanding yang lainnya. Theo tidak bersemangat saat latihan dan ia bermalas-malasan.Â
"Theo! Latihan nya yang bener! Jangan malas-malasan, yang lainnya aja latihannya serius!" Marah Nia terhadap Theo.
"Woi Theo! Lu latihan yang bener dong! Kasihan yang lainnya udah latihan serius tapi lu malah gak serius, jadi jelek nanti penampilan kita!" Daniel teriak.