Keragaman seragam peserta dengan beraneka coraknya begitu juga pilihan jenjang usia dari remaja sampai lansia dalam kepesertaan menghadirkan paduan yang menarik.
Inilah salah satu kekayaan gereja!
Sinergitas antar elemen gereja dengan segala potensinya adalah sebuah kekuatan sumber daya yang besar.
Lagu pembuka yang berbeda baik jenis lagu maupun hentakan iramanya adalah ajang kreatifitas peserta yang membuat tontonan menjadi menarik dan berbeda antar setiap peserta.
Kehidupan bergereja pun harus menyediakan ruang bagi kreatifitas warganya.
Bahkan gereja sendiri pun memerlukan kreatifitas dalam dinamikanya tanpa meninggalkan patron sejatinya sebagai core dalam bergereja.
Ada begitu banyak talenta dan kompetensi warga dan wadah organsiasi gereja yang dapat dijadikan sumbangsih berharga. Menarik menyimak kekayaan kreatifitas Gereja Protestan Maluku selama kurun waktu 82 tahun.
Patut juga dipertanyakan apakah dalam kehidupan selama 82 tahun ini warga gereja berkembang dalam kreatifitas atau sebaliknya dikekang bahkan dibungkam? Apakah ide-ide dan gagasan diwadahi dan maknai secara bijak atau dikotakkan dalam kerangka aturan yang kaku?
Dominasi seragam peserta bernuansa hitam dan putih apakah menunjukan pilihan kenyamanan peserta dan belum mau menampilkan paduan-paduan warna yang berbeda dari biasanya?
Apakah ini juga gambaran bergereja, pilihan-pilihan perubahan masih menemui kesulitan?
Ada zona kenyamanan yang sulit ditembusi, ada kebiasan-kebiasan yang belum dimaknai kembali dalam konteks saat ini. Perilaku dan mindset sebagai agen perubahan belum juga dimunculkan dan didikembangkan menjadi organization culture.