Mohon tunggu...
Johnamboness
Johnamboness Mohon Tunggu... -

Nyong Amboina, pemerhati pemuda dan kebangsaan, pecinta budaya & sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Goyang Tobelo Hadir Dalam Sukacita Perayaan HUT Gereja Protestan Maluku (GPM) ke 82

7 September 2017   18:54 Diperbarui: 7 September 2017   19:42 1651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Goyang Tobelo hadir dalam sukacita perayaan HUT Gereja Protestan Maluku (GPM) yang ke - 82

Lagu berirama ritmis dan enerjik "goyang Tobelo" sangat menyenangkan untuk bergoyang badan dalam gerak dan tari. Dendang yang berkisah tentang kerinduan pada kampung halaman dan keluarga ini memang sedang trend dan menjadi hits. Mungkin ini juga pertimbangan untuk dijadikan lomba "goyang Tobelo" dalam memeriahkan perayaan hari ulang tahun Gereja Protestan Maluku yang ke -- 82 di lingkungan jemaat GPM Kairatu.

Lagu "goyang Tobelo" bukan yang pertama kali hadir dalam acara-acara gerejawi, pada perayaan Paskah tahun ini di lingkungan jemaat GPM Kairatu pun lagu goyang Tobelo berpartisipasi (lihat tulisan : Dari Goyang Tobelo Sampai Pawai Obor, Spirit Perayaan Paskah Jemaat GPM Kairatu di kompasiana)

Apakah ini sebuah dinamika kontekstualisasi dalam kehidupan bergereja, memaknai budaya yang sedang berkembang di masyarakat untuk dipadukan menjadi bagian dari kekayaan dinamika bergereja?

Dinamika-dinamika kontekstualisasi inilah yang menghidupkan gereja dalam dimensi ruang dan waktu dimana gereja itu sendiri berada. Menarik untuk menelaah lebih lanjut kekayaan kontekstualisasi Gereja Protestan Maluku hingga sampai pada jejak usia 82 tahun.

Sebuah refleksi sederhana pun mengalir tatkala menyaksikan semarak lomba yang berlokasi di samping gereja Pniel Kairatu ini.

Ekspresi peserta lomba ada yang menebar senyum namun ada juga yang menunjukan keseriusan.

Inikah juga gambaran kehidupan bergereja?

Ada yang bersukacita dan menikmati setiap pelayanan yang ada, namun ada juga yang job minded, fokus pada tanggung jawab yang diberikan sehingga sangat menitikberatkan progress pelayanan.

Tipikal setiap pribadi dalam mensikapi pelayanan dalam kekayaan karakter semoga dapat dikelola dengan baik sehingga menghasilkan tim kerja yang solid.

Jika peserta lomba melakukan gerakan yang salah sontak mendapat riuhan penonton, sebaliknya jika ada suguhan gerakan yang menarik maka gemuruh sorak penonton pun berkumandang.

Inilah konsekuensi bergereja!

Setiap gerak langkah gereja mendapat sorotan baik dari warga, organisasi maupun kalangan eksternal. Kebijakan yang baik mendapat apresiasi namun langkah yang keliru mendapatkan koreksi dalam berbagai bentuk.

Di usia yang ke -82 pastinya gereja Protestan Maluku memiliki kekayaan investaris kebijakan yang membangun dan mensejahterahkan umat serta berkontribusi positif bagi masyarakat yang layak untuk diteruskan.

Terdapat juga daftar pilihan-pilihan program yang belum tepat dan mungkin perlu ditinjau kembali. Kebesaran hati dan kedalaman sikap yang bijak sangat diperlukan untuk menanggapi setiap sorotan yang dihadapi.

Ada waktunya berdiam, namun terkadang respons yang cepat dan tegas diperlukan untuk menindaklanjuti sorotan yang ada.

Prinsip jangan mudah berpuas diri terhadap prestasi yang dan tidak lekas berputus asa serta menyerah atas kritik yang dilontarkan.  

Hujan yang mendadak turun saat peserta sedang beraksi, kosmetik yang memudar, rekaman kaset yang tiba-tiba macet dan beberapa kendala lain yang dihadapi namun show must go on, pertunjukan harus jalan terus walau ada kendala yang menghadang.

Inilah realita bergereja!

Ada sejuta tantangan hadir.

Minimnya fasilitas dan sarana prasarana terutama bagi gereja-gereja di pelosok. Dinamika organasi dengan segala konsekuensi kepemimpinannya dan masih banyak hambatan yang lain. Usia - 82 tahun jika diibaratkan pohon maka sudah tumbuh tinggi menjulang, tentunya terpaan angin pun semakin besar. Hembusan angin sepoi-sepoi mungkin merontokan dedaunannya. Hempasan yang lebih kuat memungkinkan ranting dan cabang-cabangnya patah dan berjatuhan.

Bagian-bagian yang lemah dan mudah goyah walau rintangan yang datang tidaklah besar. Disinilah kebutuhan akan kepemimpinan dengan kepekaan. Komponen gereja yang lemah membutuhkan pendampingan yang lebih.

Sisi positifnya adalah akar-akarnya sudah tertanam kokoh sehingga dapat memberikan topangan. Kematangan, kedewasaan dan kebersamaan dalam persekutuan dengan rentang waktu 82 tahun adalah sebuah modal besar untuk menyongsong berbagai tantangan jaman.

Keragaman seragam peserta dengan beraneka coraknya begitu juga pilihan jenjang usia dari remaja sampai lansia dalam kepesertaan menghadirkan paduan yang menarik.

Inilah salah satu kekayaan gereja!

Sinergitas antar elemen gereja dengan segala potensinya adalah sebuah kekuatan sumber daya yang besar.

Lagu pembuka yang berbeda baik jenis lagu maupun hentakan iramanya adalah ajang kreatifitas peserta yang membuat tontonan menjadi menarik dan berbeda antar setiap peserta.

Kehidupan bergereja pun harus menyediakan ruang bagi kreatifitas warganya.

Bahkan gereja sendiri pun memerlukan kreatifitas dalam dinamikanya tanpa meninggalkan patron sejatinya sebagai core dalam bergereja.

Ada begitu banyak talenta dan kompetensi warga dan wadah organsiasi gereja yang dapat dijadikan sumbangsih berharga. Menarik menyimak kekayaan kreatifitas Gereja Protestan Maluku selama kurun waktu 82 tahun.

Patut juga dipertanyakan apakah dalam kehidupan selama 82 tahun ini warga gereja berkembang dalam kreatifitas atau sebaliknya dikekang bahkan dibungkam? Apakah ide-ide dan gagasan diwadahi dan maknai secara bijak atau dikotakkan dalam kerangka aturan yang kaku?

Dominasi seragam peserta bernuansa hitam dan putih apakah menunjukan pilihan kenyamanan peserta dan belum mau menampilkan paduan-paduan warna yang berbeda dari biasanya?

Apakah ini juga gambaran bergereja, pilihan-pilihan perubahan masih menemui kesulitan?

Ada zona kenyamanan yang sulit ditembusi, ada kebiasan-kebiasan yang belum dimaknai kembali dalam konteks saat ini. Perilaku dan mindset sebagai agen perubahan belum juga dimunculkan dan didikembangkan menjadi organization culture.

Bukankah pepatah lama menyatakan pantherei,  yang abadi itu adalah perubahan. Semuanya berubah. Gaya hidup analog berganti digital, alkitab dalam tampilan kertas berubah menjadi alki-tab dalam tampilan touch screen smart phone.

Era keterbukaan informasi lewat kehadiran situs google menggeser text book yang sulit dijangkau dalam ruang-ruang perpustakaan.

Kemudahan konektifitas lewat jaringan internet dan sejenisnya.

Gaya kepemimpinan pemerintah dari otoriter top down beralih ke blusukanbottom up.

Dan masih banyak lagi perubahan di sekitar kita. Perlu mendapat respons yang bijak dari gereja. Perubahan tidak selamanya negatif walau memang perlu energi ekstra untuk mengeksplorasi dan memahami implikasinya. Pilihannya adalah kita menyonsong perubahan atau dipaksa berubah oleh tuntutan jaman, manakah yang di plilih Gereja Protestan Maluku?  

Ada juga peserta yang berasal dari jenjang usia yang hampir sama.

Penilaian saya mereka memberikan hasil lumayan maksimal, bahkan mungkin dapat menjadi yang terbaik. Kesamaan umur, energi, mungkin juga pola pikir dan motivasi  membuat dinamika dan kolaborasi memiliki akselerasi yang maksimal. Sebuah keputusan smart.

Kelompok atau pair group seperti ini juga perlu dihadirkan dan dibudayakan dalam kehidupan bergereja karena memiliki potensi untuk menyumbangkan sumber daya yang maksimal.

Sudahkah gereja protestan Maluku dalam usia 82 tahun memilikinya dan bahkan membuat jaringan antar jemaat dan klasis bagi kelompok-kelompok tersebut?

Peserta lomba rata-rata terdiri dari 8 orang, terkadang ada beberapa kelompok peserta memiliki individu yang tampil menonjol, seluruh tubuhnya menari. Inilah bakat tari yang berlebih individu tertentu.

Dalam kehidupan bergereja pun tidak dapat dipungkiri ada individu-individu yang menonjol.

Kompetensi, sumber daya finansial, kemampuan komunikasi, negotiation skill, daya kreatifitas dan kelebihan lainnya.

Prinsip the right person on the rght position harus diterapkan pendekatan pemetaan sumber daya dan manajemennya.

Peserta angkatan muda tampil dipilihan kostum berbalut lenso adat pada rambut.

Kehadiran generasi penerus yang melestarikan budaya sungguh sebuah tampilan yang melegakan hati. Hal ini melihat kenyataan banyak generasi muda yang meninggalkan budaya ketimuran dan menjadi kebarat-baratan sebagai salah ekses globalisasi.

Beberapa kota metropolitan ditemukan kelompok anak muda yang mengidap sindrom a historymelupakan tradisi dan sejarah bangsanya.

Budaya dan tradisi perlu mendapatkan pemaknaan yang positif untuk hadir dalam kehidupan bergereja sesuai dengan konteksnya.

Goyang Tobelo ternyata bukan saja merangsang asa kreatifitas seni namun juga Menggugah eksplorasi pikir dan menggali refleksi.

Terima kasih untuk suguhan tontonan dan suasananya.

Selamat ulang tahun Gereja Protestan Maluku yang ke -- 82, selamat bersukacita dan berefleksi.  

     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun