***
Niko memencet nomor gadis yang pernah dilukainya. Kini dia telah merasa puas mempermainkan perasaan Dilla. Sudah saatnya Dilla mengetahui alasan ketidak hadirannya di hari pernikahan. Tak lama setelah dihubungi, Dilla mengangkat teleponnya.
"Hallo, masih menantikanku wahai Tuan Putri?"
"Keluargaku sangat terpuruk atas ulahmu Niko. Sebenarnya apa yang kamu inginkan?"
"Kamu masih ingat Wahyu, lelaki yang sangat mencintaimu?"
Dilla mencoba mengingat-ingat kembali nama itu. Dulu sebelum memutuskan menikah dengan Niko, Dilla memang dekat dengan banyak pria sehingga Dilla hampir benar-benar lupa dengan nama yang Niko sebutkan.
"Kau tak ingat, Tuan Putri? Kau tak ingat office boy itu?"
Kini Dilla mengingatnya. Namun, Dilla tak mengerti mengapa Niko menanyakan Wahyu. Dilla sudah lama tak melihat pria itu lagi. Dan pertemanannya dengan Wahyu terjadi bertahun-tahun yang lalu.
"Kamu bertanya tentang si bodoh itu? Aku bahkan tak pernah bertemu dengannya lagi Niko. Mengapa kau menanyakannya?"
"Kamu sungguh bodoh Dilla ... kamu bodoh. Pria itu adalah kakakku. Dia mencintaimu dan dia pikir kamu juga mencintainya. Dia sangat terluka ketika tahu kamu hanya berpura-pura. Ia mengakhiri hidupnya karenamu. Kamu puas!"
Dilla gemetaran memegang ponselnya. Ia masih tak percaya dengan apa yang baru saja Wahyu katakan. Kini dia mengerti bahwa selama ini Niko juga tak pernah benar-benar mencintainya. Niko datang ke dalam hidup Dilla hanya untuk melakukan hal yang sama seperti yang pernah ia lakukan pada kakak Niko.