Cerita sebelumnya Mengejar Dilla 1
Setelah pernikahannya dibatalkan, Dilla lebih banyak mengurung diri di dalam kamar. Tubuhnya tampak lebih kurus karena jarang makan. Begitu pula dengan pak Rama dan bu Yanti yang memilih lebih banyak berada di rumah dan hanya ke luar untuk urusan pekerjaan. Mereka sangat malu kepada para tetangga bahkan khawatir tak akan ada pria yang mau meminang putrinya. Ditinggalkan calon suami tentu aib bagi keluarga mana saja.
"Bagaimana kabarmu, wahai Tuan Putri?"
Sebuah pesan mengagetkan Dilla yang tengah merenungi nasibnya. Nomor itu tak dikenal, hanya saja Dilla tahu siapa yang selalu memanggilnya tuan putri. Itu pasti Niko. Dengan cepat tangan Dilla memencet tombol panggil pada nomor itu. Berkali kali, tapi tak diangkat oleh Niko.
"Tenanglah, kamu tak perlu buru-buru menelponku."
"Niko, kamu di mana? Tega sekali kamu melakukan ini semua padaku! Apa salahku?" balas Dilla.
"Apa salahmu? Kau menghancurkan hidup orang yang paling aku sayangi, padahal dia satu-satunya yang kupunya di dunia ini."
"Apa maksudmu? Aku tak menyakiti siapa pun. Bukankah kamu tak punya siapa-siapa?"
Di tempatnya kini singgah, Niko terkekeh melihat kegelisahan Dilla. Dia merasa puas telah berhasil membuatnya menderita. Dia masih tak berniat membalas pertanyaan Dilla. Niko ingin membuat Dilla dalam kekalutan seperti yang dulu pernah ia rasakan. Dulu ia begitu terpuruk ketika Wahyu meninggalkannya sendirian.
***