"Kok keputusaannya malah resign sih, bukannya membagi tugas rumah biar kamu nggak kecapekan?" Seloroh salah seorang teman.
Dilla akhirnya membeberkan kalau sang suami tak pernah membantunya mengurus pekerjaan rumah.Â
Dilla bahkan tadinya diizinkan bekerja dengan syarat tugas rumah tetap dia selesaikan.Â
Untuk itu, ia harus bangun pagi sebelum subuh dan tidur lebih malam menyiapkan segala keperluan untuk esok harinya.Â
Ia belum mampu membayar pembantu rumah tangga karena gaji Dilla dan suami belum bisa dibilang cukup besar. Anak balitanya saja dirawat sang nenek saat Dilla bekerja.
***
Saya yakin, hal seperti ini tidak hanya menimpa Dilla. Perempuan memang seringkali dihadapakan pada pilihan sulit antara karir dan pekerjaan rumah.Â
Banyak perempuan yang pada akhirnya mengorbankan cita-cita demi memenuhi perintah suami atau demi terlihat menjadi perempuan sejati di tengah keluarga dan masyarakat dengan cara mengabdikan diri sepenuhnya di ranah domestik.
Sejak zaman nenek moyang pekerjaan rumah memang diidentikan dengan perempuan sementara mencari nafkah identik dengan lelaki.Â
Namun, seiring berkembangnya zaman, banyak wanita yang ikut mengaktualisasikan diri di dunia kerja.Â