Saya langsung kaget membacanya. Setahu saya Dilla bukan tipe perempuan yang suka di rumah.Â
Saya bahkan masih ingat bagaimana menggebunya dia dulu bercerita ingin menggapai cita-cita.Â
Pokoknya aneh kalau teman saya satu ini tiba-tiba berniat resign, sementara pekerjaan yang digeluti saat ini adalah impiannya sejak dulu.
"Bentar to. Kamu itu stres kenapa? Trus kenapa juga harus resign?" Tanya salah seorang dari kami. Dilla pun menjelaskan kalau itu semua adalah keinginan suaminya.Â
Ceritanya, sang suami tak ingin Dilla mengorbankan tugas utamanya. Menurut sang suami, tugas utama perempuan adalah mengerjakan urusan domestik.
Itulah sebabnya setelah mengetahui kalau Dilla sebenarnya kelelahan mengurus pekerjaan ganda, sang suami langsung memutuskan agar Dilla di rumah saja.
Teman-teman di dalam grup berusaha menyemangatinya. Salah satu teman sempat menyarankan untuk join bisnis online saja agar Dilla tak merasa jemu di rumah. Namun ia menolak karena berbisnis memang bukan pekerjaan yang diminatinya.
"Yo wes, selamat bersenang-senang di rumah dengan wajan dan sutil." Saya mencoba meramaikan suasana.
"Bersenang-senang, gundulmu! Sebenarnya aku masih ingin kerja. Nggak kebayang kalau di rumah saja," balas Dilla disertai emotikon bercucuran air mata.
Saya sempat ingin tertawa membaca pesan itu. Namun, sebelum sempat membuka mulut, saya sadar kalau Dilla sedang tak bahagia dengan keputusan suaminya.Â
Saya pun mencoba memberi saran agar ia mengkomunikasikan keinginannya tersebut. Ternyata Dilla pun telah melakukannya tetapi sang suami ngotot menyuruhnya untuk tetap di rumah.