Mohon tunggu...
Johansyah Syafri
Johansyah Syafri Mohon Tunggu... Editor - Pelayan Publik

Kata Imam Syafi'i, "Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Memang Penuh Warna, tapi Akhirnya Tetap Hitam Putih

8 Februari 2023   22:19 Diperbarui: 9 Februari 2023   14:10 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup memang penuh warna. Bukan sekedar hitam putih. Karena berwarnalah, kita satu sama lain bisa saling mewarnai, meski hanya sekuas kecil di kanvas nan besar.

Dunia ini memang penuh warna, bukan hanya hitam putih sebagaimana ungkapan di atas. Ungkapan yang memang banyak "diimani" orang.

Tapi sebagai hamba-Nya, esensi hidup ini hanya dua warna, yaitu hitam dan putih.

Hitam dan putih adalah negatif dan positif. Bila keduanya digabung akan korsleting. Aliran listrik terputus dibuatnya.

Hitam dan putih adalah malam gelap yang pekat dan siang dengan cahaya nan benderang. Hitam dan putih adalah buruk dan baik.

Hidup dalam keburukan tentu akan membuat jalan hidup kita kian menjadi kelam. Sedangkan bila dalam kebaikan akan membuat jalan hidup menjadi benderang.

Bagi yang seakidah, hakikatnya hidup ini benar-benar hanya ada dua pilihan, yaitu baik dan buruk.

Firman Allah Swt. dalam surat Al Balad ayat 10, yang artinya, "Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebaikan dan keburukan)." Jadi, tak ada jalan abu-abu. Cuma putih atau hitam.

Karenanya, meski pelangi kehidupan niscaya ditiadakan, banyak warna pilihan ditawarkan bahkan diberikan, tetapi pada prinsipnya semua itu hanya penjabaran dari dua pilihan. Buruk atau baik. Hitam atau putih.

Dan, dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, kita tentu tak boleh seperti surat perjanjian, 'hitam di atas putih'. Tapi layaknya seragam PDH ASN setiap Rabu. Mesti 'putih di atas hitam'.

Biarlah hitam di mata orang, tapi putih di hadapan-Nya, daripada putih di mata orang, namun kelam dalam penilaian-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun