Selatbaru merupakan salah satu desa dari 23 desa di Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
Desa yang terletak di bagian utara Pulau Bengkalis ini merupakan ibu kota atau pusat pemerintahan Kecamatan Bantan.
Desa yang memiliki luas sekitar 18,75 km persegi atau 4,20 persen dari luas Kec. Bantan, terkenal sebagai salah satu destinasi wisata bahari di kabupaten berjuluk Negeri Junjungan ini.
Selatbaru memiliki pantai nan landai yang langsung menghadap ke Selat Malaka. Pada saat air laut surut, lebarnya bisa mencapai sekitar 1 km ke arah laut.
Pantai Selatbaru yang juga dikenal sebagai Pantai Pesona Selatbaru, terletak di sebelah utara pusat desa. Tepatnya di Dusun Parit I (Satu).
Masyarakat Desa Selatbaru terdiri dari berbagai macam etnis seperti Jawa, Melayu, Minang, Aceh, Batak, Cina (Tionghoa), Sunda, Betawi.
Namun mayoritas penduduk Desa Selatbaru bersuku Jawa, dan memiliki agama/aliran kepercayaan mayoritas muslim (Islam).
Mengutip katakabar.com, Desa Selatbaru awalnya hanya sebuah dusun. Bagian dari wilayah Desa Bantan Tua.
Awalnya di Kec. Bantan hanya ada satu desa, yaitu desa Bantan Tua. Tentu saat itu belum ada Kec. Bantan. Begitu pula Desa Selatbaru, masih rimba belantara.
Kec. Bantan terbentuk tahun 2001, merupakan pemekaran dari Kec. Bengkalis. Kec. Bantan terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bengkalis Nomor 06 Tahun 2001.
Pada tahun 1924, Penghulu (Kepala Desa) Bantan Tua, Lebay Wahid Hasibuan menugaskan H. Abdul Razak -- nama asli Muhalar -- membuka rimba belantara tersebut untuk dijadikan perkampungan. Ketika itu Muhalar masih berusia 35 tahun.
Siapa Lebai Wahid Hasibuan? Dia adalah orang tua dari Soeman Hasibuan yang lebih dikenal sebagai Soeman Hs.
Siapa Soeman Hs. (Suman Hs.)? Pria kelahiran Bengkalis 4 April 1904 merupakan salah orang pendiri perguruan tinggi tertua di Riau, yakni Universitas Islam Riau (UIR) yang berdiri pada 4 September 1962 bertepatan dengan 23 Zulkaidah 1382 H.
Di bidang sastra, Suman HS., masuk ke dalam kelompok sastrawan Balai Pustaka.
Nama bersanding dengan nama-nama besar lainnya, seperti Muhammad Yamin, Merari Siregar, Marah Roesli, dan Abdul Muis.
Beberapa buah penanya di antaranya Kasih Tak Terlerai, Balai Pustaka (novel, 1930); Mencari Pencuri Anak Perawan, Balai Pustaka (novel, 1932); Percobaan Setia, Balai Pustaka, (novel, 1932); Kawan Bergelut, Balai Pustaka (kumpulan cerpen, 1938; dan Tebusan Darah, Balai Pustaka (novel, 1939).
Untuk novel 'Mencari Pencuri Anak Perawan', pada tahun 1993 diangkat ke layar televisi (TVRI). Skenario sinetron ini ditulis budayawan dan sastrawan Riau kelahiran Bagan Siapi-Api (Kab. Rokan Hilir), H. Sudarno Mahyudin.
Kembali ke asal muasal nama Desa Selatbaru, Kec. Bantan.
Menindaklanjuti penugasan Lebay Wahid Hasibuan, Munalar bersama empat kawannya, berunding di satu tempat (sekarang Dusun Penawa Babon).
Di lokasi tersebutlah mereka berlima membuka lahan pertama yang kini menjadi Desa Selatbaru.
Luas lahan yang Abdul Razak dan teman-temannya buka waktu itu kurang lebih 10 jalur atau setara dengan 3 hektar.
Singkat cerita, sejak itu kian hari makin banyak orang yang mendatangi rimba belantara tersebut.
Melihat situasi seperti itu, Abdul Razak minta kepada empat temannya untuk segera membikin batas-batas hutan tadi.
Batas yang disepakati adalah parit. Selain sebagai tapal batas, parit tadi juga sekaligus menjadi penangkal banjir saat air laut pasang.
Waktu masyarakat mulai bergotong royong membikin parit (Parit III), salah seorang warga menemukan sebuah batu.
Dalam bahasa Jawa, batu itu disebut Selo. Orang-orang pun kemudian menyebut Selo Baru. Itulah asal-usul atau asal mula nama Desa Selatbaru, desa yang menjadi "senior" Desa Resam Lapis.
Kapan Selo Baru berubah bermetamorfosis menjadi Selatbaru? Siapa orang pertama kali menyebut nama Selatbaru? Setakat sekarang belum ada informasi yang valid. Belum ada jejak digitalnya.
Namun untuk kepala desanya, Kepala Desa Selatbaru yang pertama adalah Muhalar alias H. Abdul Razak. *****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H