Kita diperbolehkan menempuh strategi berbeda asalkan hasilnya sama. Tak ada larangan untuk tampil lain dari yang lain. Tapi, tentu bukan sekadar tampil beda.
Bila tampil beda dan hasilnya tak sama, bahkan lebih buruk atau gagal, itu namanya menyalah. Bersalahan.
Kedua, "Jangan ditentang matahari condong, takut terturut jalan tak berintis".
Artinya, "Hendaklah kita selalu ingat dan cermat, jangan teperdaya atau tergoda akan sesuatu yang elok, tetapi mungkin mendatangkan bahaya".
Pepatah ini mengingatkan agar berhati-hati. Tidak mudah tersemu oleh sesuatu yang terlihat cantik.
Memang, yang tampak oleh indra penglihat belum tentu yang sejati. Sebab, yang tulen, yang esensi justru berada di balik apa yang terlihat oleh mata. The map is not the territory. Peta bukan wilayah. Jangan tertipu oleh pencitraan. Apalagi gencar.Â
Ketiga, "Lancar kaji karena diulang, pasar jalan karena diturut".
Artinya, "Kepandaian atau kemahiran bisa didapat karena rajin berlatih atau kerap mengerjakannya".
Dalam hal apa pun, jika ingin terampil memang harus banyak latihan. Harus dibiasakan. Mesti menjadi budaya.
"Keunggulan adalah sebuah seni yang dimenangkan oleh latihan dan kebiasaan," kata Aristoteles, filsuf atau ahli pikir dari Yunani (384 SM-322 SM).
Peribahasa ini juga sering ditulis atau diucapkan dengan susunan "terbalik". Yakni, "Pasar jalan karena diturut, lancar kaji karena diulang".