Di Indonesia, boleh dikatakan Soekarno merupakan orang yang mempopulerkan kopiah. Di berbagai kegiatan kenegaraan, di dalam negeri maupun internasional, ia tak pernah menanggalkannya.
Kopiah atau peci disebut juga songkok. Lantas, bagaimana asal usulnya di Indonesia?
Konon, peci merupakan rintisan dari Sunan Kalijaga. Pendapat lain mengatakan, yang membawa peci ke Indonesia adalah Laksmana Ceng Ho.
Peci berasal dari kata Pe (artinya delapan) dan Chi (artinya energi). Jadi peci merupakan alat untuk penutup kepala yang bisa memancarkan energinya ke delapan arah mata angin. Mempunyai energi besar.
Apa arti songkok? Yakni, "kosong dari mangkok." Maknanya, hidup ini seperti mangkok yang kosong. Harus diisi dengan ilmu dan keberkahan.
Kopiah berarti kosong karena "dipyah". Pyah adalah sebutan untuk 'dibuang'. Asanya, dengan mengenakannya, kita bisa membuang kebodohan dan sifat tak elok lainnya.
Lainnya mengatakan kopiah berasal dari kata "kop" dan "pyah". Kop artinya kepala. Sedangkan pyah (bahasa Italia) maknanya saleh, beriman atau alim.
Jadi kopiah adalah penutup kepala yang menginformasikan pemakainya adalah orang yang saleh, beriman atau alim.
Kisah di atas memang masih perlu dipertanyakan kebenarannya. Pastinya, pada abad ke 13, peci merupakan pemandangan umum di Tanah Melayu.
Catatan histori lainnya, saat Raja Ternate Zainal Abidin (1486-1500) belajar agama Islam di Madrasah Giri, ia membawa oleh-oleh peci saat kembali ke kampung halaman.
Di Ternate peci disebut recca atau songkok Bugis. Songkok ini dipakai pasukan Kerajaan Bone ketika berperang melawan pasukan Tortor pada 1683.