Pemerintah meminta para pengusaha kelas atas yang hadir untuk membawa devisa hasil ekspornya (DHE) ke dalam negeri. Tujuannya tidak lain adalah untuk membantu penguatan nilai tukar Rupiah. Selain itu juga bertujuan memperkecil defisit transaksi berjalan, dan menjaga ketahanan ekonomi domestik di tengah tekanan global yang semakin kuat. Tentu pemerintah menyiapkan sejumlah pemanis agar mereka tertarik membantu Pemerintah.
Bank Indonesia mendokumentasikan sekitar 80%--90% DHE sudah kembali ke Indonesia. Namun demikian DHE yang dikonversi ke Rupiah masih sangat kecil. Valas hasil ekspor yang dikonversi ke mata uang garuda hanya 15% sampai 25% dari total valas yang tercatat kembali ke Indonesia.Â
Rendahnya konversi DHE ke rupiah diduga karena eksportir harus menyediakan valas untuk kebutuhan impor atau membayar utang luar negerinya.
Selain itu pemerintah juga melepaskan cadangan devisa. Hingga akhir Juli lalu, tersisa US$ 118,31 miliar. Artinya valas kita sudah terkuras hingga US$ 13,67 miliar sejak awal tahun 2018. Langkah ini diambil guna operasi moneter Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah.
Secara politik Jokowi sebagai petahana telah memilih cawapres yang dianggap bisa menjaga stabilitas nasional. Hal ini juga mendapat sentimen positif dilantai bursa. IHSG pada penutupan Jumat 10 Agustus 2018 yang lalu menguat tipis 0,20% ke level 6.077,133.Â
Semoga dengan langkah ini investor makin percaya dan menginvestasikan dananya ke Indonesia. Utamanya investor asing, supaya bisa mengerek naik nilai tukar Rupiah terhadap Dollar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H