Serangkaian upaya Donald Trump untuk menepati janji politiknya pada saat kampanye jelas telah menimbulkan dampak yang signifikan kepada dunia. Trump berjanji akan membuat Amerika kembali berjaya dan menjadi negara yang disegani diseluruh dunia. Janji Trump tersebut juga berlaku dibidang ekonomi.Â
Untuk itu Dollar dipaksa sedemikian rupa untuk "pulang kampung" ke negeri paman Sam. AS telah melakukan berbagai cara, mulai dari menaikkan bunga acuan bank sentral AS, menurunkan defisit perdagangan hingga disebut perang dagang, menambahkan pajak impor dan lain lain.
Dampak dari kebijakan tersebut perekonomian dunia jadi bergejolak. Nilai mata uang beberapa negara seperti Turki, Rusia, Indonesia, India, Malaysia terhadap dollar tergerus bahkan menurun tajam. Contohnya mata uang negara kita, posisi Agustus 2017 tahun lalu Rupiah berada di level 13.300 per satu Dollar AS. Sedangkan pada hari Jumat kemarin pada penutupan pasar Rupiah berada pada posisi 14.485 per satu Dollar AS. Dibandingkan tahun lalu memang melemah 14,39%.
Lantas bagaimana dengan Turki?
Lira mata uang kebanggaan negara Turki terjun bebas hingga 80,79% dibandingkan tahun lalu. Pada bulan Agustus 2017 tahun lalu nilai tukar Lira 3,5369 per satu Dollar AS. Kini nilainya melorot tajam hingga 6,4032 per Dollar AS. Ini adalah pelemah terdalam sepanjang sejarah Turki.
Penurunan yang sangat tajam ini juga dipengaruhi oleh aksi pemerintahan Amerika Serikat memberikan sanksi terhadap pejabat tinggi Turki melalui Kementerian Keuangan. Hal ini disebabkan negeri Paman Sam tidak terima dengan aksi penahanan pastor Andrew Brunson yang dituduh berperan dalam upaya kudeta Turki pada 2016. Ada dua pejabat tinggi yang terkena sanksi tersebut.Â
Mereka adalah Menteri Kehakiman Abdulhamit Gul serta Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu. Semua aset mereka yang ada di wilayah AS akan diblokir. Lebih jauh warga AS juga dilarang berbinis dengan mereka. Menteri Abdulhamit Gul mengatakan dia tidak peduli karena merasa tak punya aset di luar Turki, namun Lira langsung tergelincir akibat sanksi tersebut.
Bahkan minggu lalu telah terjadi penurunan tajam nilai tukar Lira terhadap Dollar AS. Persisnya di hari Jumat 10 Agustus 2018 yang lalu. Hal ini disebabkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan telah melipatgandakan bea impor logam ke Turki. Lira langsung melorot hingga 14% menjadi 6,26 lira (Rp 14.279) terhadap dolar AS setelah Trump mengutarakan pengumuman itu di Twitter.
Ini bukti bahwa Pemerintah kita telah berupaya sedemikian rupa untuk mempertahankan nilai tukar Rupiah. Beberapa langkah yang diambil adalah menaikkan suka bunga acuan dari posisi 4,5% pada Agustus 2017 menjadi 5,25% pada Agustus 2018.
Selain itu pada Kamis dua minggu yang lalu tepatnya tanggal 26 Juli 2017 pemerintah mengadakan pertemuan dengan 40 pengusahan kelas kakap. Jokowi didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, serta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong.Â