Mohon tunggu...
Y. P.
Y. P. Mohon Tunggu... Sales - #JanganLupaBahagia

Apabila ada hal yang kurang berkenan saya mohon maaf, saya hanya orang biasa yg bisa salah. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kesejahteraan. Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Indonesia Lebih Hebat dari Turki dalam Melawan Dollar AS

11 Agustus 2018   22:11 Diperbarui: 11 Agustus 2018   22:57 1270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi Berjabat Tangan Dengan Erdogan | Middleeastupdate.net

Serangkaian upaya Donald Trump untuk menepati janji politiknya pada saat kampanye jelas telah menimbulkan dampak yang signifikan kepada dunia. Trump berjanji akan membuat Amerika kembali berjaya dan menjadi negara yang disegani diseluruh dunia. Janji Trump tersebut juga berlaku dibidang ekonomi. 

Untuk itu Dollar dipaksa sedemikian rupa untuk "pulang kampung" ke negeri paman Sam. AS telah melakukan berbagai cara, mulai dari menaikkan bunga acuan bank sentral AS, menurunkan defisit perdagangan hingga disebut perang dagang, menambahkan pajak impor dan lain lain.

Dampak dari kebijakan tersebut perekonomian dunia jadi bergejolak. Nilai mata uang beberapa negara seperti Turki, Rusia, Indonesia, India, Malaysia terhadap dollar tergerus bahkan menurun tajam. Contohnya mata uang negara kita, posisi Agustus 2017 tahun lalu Rupiah berada di level 13.300 per satu Dollar AS. Sedangkan pada hari Jumat kemarin pada penutupan pasar Rupiah berada pada posisi 14.485 per satu Dollar AS. Dibandingkan tahun lalu memang melemah 14,39%.

Lantas bagaimana dengan Turki?

Lira mata uang kebanggaan negara Turki terjun bebas hingga 80,79% dibandingkan tahun lalu. Pada bulan Agustus 2017 tahun lalu nilai tukar Lira 3,5369 per satu Dollar AS. Kini nilainya melorot tajam hingga 6,4032 per Dollar AS. Ini adalah pelemah terdalam sepanjang sejarah Turki.

Penurunan yang sangat tajam ini juga dipengaruhi oleh aksi pemerintahan Amerika Serikat memberikan sanksi terhadap pejabat tinggi Turki melalui Kementerian Keuangan. Hal ini disebabkan negeri Paman Sam tidak terima dengan aksi penahanan pastor Andrew Brunson yang dituduh berperan dalam upaya kudeta Turki pada 2016. Ada dua pejabat tinggi yang terkena sanksi tersebut. 

Mereka adalah Menteri Kehakiman Abdulhamit Gul serta Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu. Semua aset mereka yang ada di wilayah AS akan diblokir. Lebih jauh warga AS juga dilarang berbinis dengan mereka. Menteri Abdulhamit Gul mengatakan dia tidak peduli karena merasa tak punya aset di luar Turki, namun Lira langsung tergelincir akibat sanksi tersebut.

Bahkan minggu lalu telah terjadi penurunan tajam nilai tukar Lira terhadap Dollar AS. Persisnya di hari Jumat 10 Agustus 2018 yang lalu. Hal ini disebabkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan telah melipatgandakan bea impor logam ke Turki. Lira langsung melorot hingga 14% menjadi 6,26 lira (Rp 14.279) terhadap dolar AS setelah Trump mengutarakan pengumuman itu di Twitter.

Cuitan Donald Trump | Dokumentasi Pribadi
Cuitan Donald Trump | Dokumentasi Pribadi
Mengapa Indonesia Bertahan Lebih Baik?

Ini bukti bahwa Pemerintah kita telah berupaya sedemikian rupa untuk mempertahankan nilai tukar Rupiah. Beberapa langkah yang diambil adalah menaikkan suka bunga acuan dari posisi 4,5% pada Agustus 2017 menjadi 5,25% pada Agustus 2018.

Selain itu pada Kamis dua minggu yang lalu tepatnya tanggal 26 Juli 2017 pemerintah mengadakan pertemuan dengan 40 pengusahan kelas kakap. Jokowi didampingi Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, serta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong. 

Pemerintah meminta para pengusaha kelas atas yang hadir untuk membawa devisa hasil ekspornya (DHE) ke dalam negeri. Tujuannya tidak lain adalah untuk membantu penguatan nilai tukar Rupiah. Selain itu juga bertujuan memperkecil defisit transaksi berjalan, dan menjaga ketahanan ekonomi domestik di tengah tekanan global yang semakin kuat. Tentu pemerintah menyiapkan sejumlah pemanis agar mereka tertarik membantu Pemerintah.

Bank Indonesia mendokumentasikan sekitar 80%--90% DHE sudah kembali ke Indonesia. Namun demikian DHE yang dikonversi ke Rupiah masih sangat kecil. Valas hasil ekspor yang dikonversi ke mata uang garuda hanya 15% sampai 25% dari total valas yang tercatat kembali ke Indonesia. 

Rendahnya konversi DHE ke rupiah diduga karena eksportir harus menyediakan valas untuk kebutuhan impor atau membayar utang luar negerinya.

Selain itu pemerintah juga melepaskan cadangan devisa. Hingga akhir Juli lalu, tersisa US$ 118,31 miliar. Artinya valas kita sudah terkuras hingga US$ 13,67 miliar sejak awal tahun 2018. Langkah ini diambil guna operasi moneter Bank Indonesia untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah.

Secara politik Jokowi sebagai petahana telah memilih cawapres yang dianggap bisa menjaga stabilitas nasional. Hal ini juga mendapat sentimen positif dilantai bursa. IHSG pada penutupan Jumat 10 Agustus 2018 yang lalu menguat tipis 0,20% ke level 6.077,133. 

Semoga dengan langkah ini investor makin percaya dan menginvestasikan dananya ke Indonesia. Utamanya investor asing, supaya bisa mengerek naik nilai tukar Rupiah terhadap Dollar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun