Redaksi media lokal sebetulnya belum siap bekerja dengan isu kesehatan, juga belum siap memperhatikan dengan baik kaidah jurnalistik. Redaksi yang tak terdidik ini menimbulkan kekacauan informasi. Istilah-istilah dunia kesehatan dalam pemberitaan begitu simpang siur. Apalagi istilah-istilah baru terkait virus corona. Media-media ini begitu gagap namun tetap berani menulis dengan tidak memperhatikan dampaknya. Belum lagi berita yang berbasis blogspot, wordpress, dan lainnya, sangat rentan membikin judul provokatif dan membingungkan.
Banyaknya berita miskin bahasa kesehatan dari media-media lokal yang berseliweran menjadikan konspirasi muncul dalam bentuk yang lain. Masyarakat bisa jadi tidak memiliki pegangan untuk menuruti pemerintah. Lalu akan terjadi pembenaran terhadap konspirasi yang sudah terlanjur dibahas media besar.Â
Pengetahuan  dunia kesehatan mulai berantakan. Sederhanannya, masyarakat yang tiap hari mengonsumsi  berita dari media-media lokal cenderung mengalami tekanan psikologis yang kompleks. Silogisme tanpa riset ilmiah ini terlihat sangat buntu, namun kita tidak bisa menutup mata dengan apa yang benar-benar terjadi pada masyarkat kelas menengah ke bawah.
Mayarakat yang tidak memiliki atau tidak terbiasa akses berita di internet juga akan memakan mentah informasi yang keliru dari orang lain. Pemerintah sangat kesulitan menerapkan protokol kesehatan dalam kondisi masyarakat seperti ini. Kompleksitas persoalan covid-19 di masyarakat sudah melampaui kebeneran. Memang perkawinan  kondisi pendidikan, ekonomi, serta birokrasi kita sangat berterima terhadap covid-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H