Berapa lagu yang dibutuhkan untuk menggali kenangan masa lalu? Satu saja cukup, dan kelebatan kenangan bagai mozaik akan hadir seperti potongan film masa lalu.Â
Bagaimana jika tiga puluh lagu yang didengarkan, dibawakan oleh musisi dan vokalis handal di depan mata, secara beruntun selama tiga jam?. Keping demi keping kenangan akan menjelma album ingatan yang menggedor perasaan.
Nostalgia bisa dijadikan sebagai momen untuk kembali mengenang peristiwa-peristiwa terdahulu. Tak hanya itu, melalui nostalgia pun bisa membawa kembali rasa bahagia, rasa rindu, ataupun kenangan pahit di masa lalu.
Sebuah riset pada 2017 menemukan bahwa, nostalgia merupakan salah satu dari 27 emosi utama manusia. Tak hanya menghubungkan pada memori masa lalu, tapi juga  mampu mengubah otak dengan cara-cara menarik. Menurut Psikolog saraf, Sanam Hafeez, nostalgia adalah emosi yang unik.
Harus diakui, nostalgia kadang bikin sedih. Namun kesedihan itu, kata Hafeez, umumnya tidak kronis atau depresi, tetapi ini sangat terkait dengan kemampuan orang untuk menerima waktu yang telah berlalu.
Nostalgia lewat lagu-lagu slow rock itu yang tersaji dalam "DREAM EXPRESS" - Eighties Music Party" di ODETTE - Buffet Lounge & Dining Malang, Minggu, 22 Desember 2024 saat hujan masih setia mencumbui malam . Sekitar 350 penonton terbuai dan terpuaskan dahaganya untuk kembali mendengarkan lagu-lagu slow rock era 1980-an
Tajuk acara itu mengambil judul kaset "Dream Express Heavy Turns Pop", yang lebih dikenal dengan sebutan Dream Express. Kaset itu memuat kompilasi lagu-lagu terbaik era 80-an, sangat populer dan menjadi legenda.
Kaset keluaran produsen rekaman Atlantis Record (AR) itu pertama kali beredar pada awal 1980. Saking larisnya, lalu diproduksi hingga 6 series. Â
Tak tanggung-tanggung, empat penyanyi yang sudah dikenal luas para pecinta musik ditampilkan sekaligus, yakni Ari, Trondol, Troy, Sandi dan Eva.
Mereka diiringi oleh Tata (keyboard), Yudi (drummer), Siti (bass) dan Ocky (gitar).
Acara yang diprakarasai oleh Rini Herinawati, Hasti, Ary Gembong dan Ita itu dibagi dalam dua sesi, meski pembagiannya hanya berupa jeda beberapa menit saja, masing-masing menampilkan 15 lagu pilihan dari beberapa album kaset Dream Express.
Tentu masih banyak lagu-lagu Dream Express yang belum terpilih untuk ditampilkan seperti Belladona (UFO), The Way I Choose (Bad Company), Changes (Black Sabbath) atau Think About Time (Ten Years After).
Tak cuma itu, Totok Tewel yang menjadi bintang tamu menjadi daya pikat tersendiri. Nama gitaris legendaris yang pernah memperkuat Swami, Kantata Takwa, ini masih diingat kuat oleh penggemar musik rock.
 "Senang melihat mereka yang pada tahun 80-an masih SMP, SMA atau mahasiswa bisa mengenang masa lalu," ujar Hasti, salah satu penyelenggara "DREAM EXPRESS".
July Morning
Acara yang dimulai pukul. 20.03 itu dibuka dengan  lagu yang gegap gempita "Final Countdown" (Europe). Lagu melambungkan nama Europe dan di eranya merajai tanggal lagu-lagu di berbagai negara.
Lagu legendaris band asal Swedia yang diedarkan pada 1986 menjadi pembuka yang pas. Apalagi sajian berikutnya juga dengan irama yang tak kalah rancaknya, seperti Heat of the Moment (ASIA) dan Eye of the Tiger (Survivor).
Irama mulai diturunkan dalam penampilan berikutnya, dengan lagu-lagu yang lebih slow lewat Temple of the King (Rainbow). Petikan khas Richie Blackmore pun membuat penonton mulai hanyut. Disusul My oh My (Slade), dan Owner of Lonely Heart (YES) yang mampu membuat penonton mulai turut bernyanyi.
Malam terus merangkak di Odette, mengiringi cepatnya laju nostalgia yang membius penonton. Apalagi saat Ari membawakan lagu paten "July Morning" dari Uriah Heep.
July Morning yang dirilis pada September 1971 itu diciptakan oleh Ken Hensley (keyboard) dan David Byron (vokalis).
Pada lagu ini Totok Tewel mulai tampil, yang makin membuat penonton terhanyut, ditambah lagi Ari berhasil membawakan dengan tuntas.
Malam sepertinya lambat merangkak. Tidak ada yang peduli di luar gedung hujan sudah berhenti, reda atau menyisakan sisa geris.
Penonton makin menikmati lagu demi lagu. Tak sekedar ikut bernyanyi sambil duduk, tapi sudah maju di depan panggung untuk berjoget. Lagu-lagu slow rock mampu membuat penonton berjingkrak, berjoget.
Mereka pun makin banyak yang ikut bernyanyi. Apalagi saat lagu kesayangannya disajikan, seperti Questian (Manfred Manns) atau I Don't Want to Talk About it (Rod Steward).
Sayangnya, saat lagu ke-15 yang bisa dibilang jadi trade mark Led Zeppelin, yakni Stairway to Heaven terjadi gangguan teknis. Sound-system mati di awal lirik awal dinyanyikan. Meski hanya beberapa menit, dan itu jelas mengganggu konsentrasi para penyanyi dan musisi, lagu itu berhasil dibawakan dengan baik.
Jeda ke sesi berikutnya tidak berarti panggung kosong. Justeru sorakan makin kencang, banyak yang lari ke depan panggung saat muncul tampilan di layar panggung judul lagu La Villa Strangiato dari Rush.
Bernyanyi
Lalu Totok Tewel berjalan ke tengah panggung, bersolo gitar membawakan La Villa Strangiato yang merupakan karya instrumental pertama band progressive rock asal Kanada itu.
La Villa Strangiato yang aselinya berdurasi 9 menit 37 detik itu masuk dalam album Hemispheres yang dirilis tahun 1978, dan diberi subjudul "An Exercise in Self-Indulgence". Lagu itu merupakan lagu keempat dan terakhir dari album tersebut
Totok Tewel yang nama aselinya Emmanuel Herry Hertoto tampil memukau di usianya yang sudah 66 tahun (lahir 1 Januari 1958).
Usai Totok Tewel tampil, penonton kembali bernyanyi dan bergoyang saat lagu This Is Love (Tony Bank) dimainkan.
Di sudut-sudut banyak yang berdiri, berjoget bersama teman atau keluarganya. Bahkan di bagian belakang terlihat suami isteri berdansa saat Every Take Breath Away dari The Police dilantunkan.
Lagu-lagu lainnya yang membuat suasana makin meriah adalah Changes (Yes), That's All (Genesis) dan  kembalinya Totok Tewel mengalunkan sayatan gitar David Gilmour dalam Another Brick the Wall (Pink Floyd).
Malam makin larut. Hujan pun sudah reda. "Pesta" harus berakhir. Penonton pulang dengan puas. Selama tiga jam mereka mengenang masa lalu dalam 30 lagu era 80'an.
"Tentu kami ingin menyajikan Dream Express kembali tahun depan, dengan kemasan yang lebih baik dan lebih meriah," ujar Rini Herinawati saat ditanya tentang keinginan penonton untuk hadirnya acara serupa.
 Malam itu "DREAM EXPRESS" - Eighties Music Party berhasil menghadirkan pesta musik dan balutan nostalgia. ****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H