Bermain dengan hati tentu tidak serta merta tumbuh begitu saja, karena mereka juga butuh adaptasi terutama pemain baru, serta suasana yang nyaman.
Di sini dibutuhkan kepintaran dari manajemen untuk menempatkan orang di jajaran ofisial. Bagaimana mereka membantu manajemen sebagai jembatan kepada pemain. Bagaimana menciptakan suasana kekeluargaan yang hangat, dan membuat betah.
Pemain, dengan ego masing-masing, tetaplah manusia yang akan merasa dihargai jika disapa, didengarkan dan dihargai.
Contoh sederhana saja, ketika RANS melaju ke Liga 1 dengan status runner-up Liga 2, pemain yang beragama Islam dijanjikan hadiah untuk pergi Umroh bersama satu anggota keluarganya.
"Untuk umroh kata bos Raffi, nanti menunggu waktu yang tepat buat bareng-bareng semua. Karena ada pemain Rans yang masih dipinjamkan ke tim Liga 1 dan juga masih pandemi," kata salah satu pemain, Asri Akbar.
Apakah ini sudah direalisasikan?.
Jam Terbang
Sorotan tentang barisan pertahanan RANS tidaklah salah. Tim yang dulunya Bernama Cilegon United ini benar-benar jadi lumbung gol bagi tim lawan-lawannya. Kebobolan 80 gol, dan hanya mampu memanen 40 gol, alias minus 40 gol.
PSS Sleman menemani derita RANS dengan kebobolan 57 gol, dan menjadi tim dengan pertahanan terburuk kedua musim 2022-2023.
Tak hanya pemain yang harus disoroti tapi juga pelatih kepala dan pelatih kiper.
Hal terakhir yang jadi analisa adalah minimnya pengalaman manajemen. Sesuatu yang tidak bisa disalahkan.